Kamis, 27 Agustus 2009

Opini

KERENDAHAN HATI
Pendahuluan
Mungkin anda sudah pernah mendengar … ini cerita tentang keledai yang ditunggangi oleh Yesus sewaktu Dia di-elu-elukan di Yerusalem. Kita semua mengetahui bahwa pada saat itu orang-orang memuja dan meninggikan Yesus, mereka menghamparkan pakaian mereka di jalan dan menyambut Yesus dengan daun-daun Palma. Tapi si keledai berpikir bahwa pujian itu ditujukan kepadanya. Kepalanya ditegakkan, dan dengan senyum ‘cengar-cengir’-nya dia seolah berkata, “Lihatlah kepadaku, si keledai ayu!” Begitulah kira-kira jika kita tidak rendah hati: kita menganggap diri layak untuk mendapat pujian, padahal pujian itu sesungguhnya adalah milik Allah.
Kerendahan hati adalah dasar Spiritualitas Kristiani
Kerendahan hati adalah salah satu dari nilai-nilai dasar Spiritualitas Kristiani. kerendahan hati adalah jalan yang pasti membawa seseorang kepada Tuhan. Pertama-tama, kerendahan hati, kemudian, kerendahan hati, dan yang terakhir, kerendahan hati; untuk menekankan pentingnya kerendahan hati untuk mencapai kesempurnaan rohani. Dalam spiritualitas, kesempurnaan berarti kekudusan, sehingga untuk menjadi kudus, kita harus pertama-tama menjadi orang yang rendah hati. Kerendahan hati adalah dasar dari semua kebajikan yang lain, sebab tanpa kerendahan hati, kita tidak dapat sungguh-sungguh memiliki kebajikan-kebajikan yang lain. Kerendahan hati juga disebut sebagai ‘ibu’ dari semua kebajikan, sebab ia melahirkan ketaatan, takut akan Tuhan, dan penghormatan kepada-Nya, kesabaran, kesederhanaan, kelemah-lembutan dan damai.
Kerendahan hati dan kekudusan adalah yang dikehendaki Allah bagi kita
Tuhan Yesus menghendaki agar kita belajar daripadaNya kelemahlembutan dan kerendahan hati (Mat 11:29). Ia juga mengajarkan pada kita untuk mengejar kesempurnaan, yaitu kekudusan (Im 19:2; Mat 5:48). Kekudusan dimaksudkan untuk semua orang, tidak saja untuk para religius; dan untuk mencapai kesempurnaannya, kita harus memulai dari langkah pertama, yaitu kerendahan hati.
Kerendahan hati adalah lawan dari kesombongan yang menjadi dosa pertama dari manusia per tama. Kesombongan adalah sikap ‘menolak’ karunia Allah, seperti kita lihat pada kisah Adam dan Hawa (Kej 2:8-3:14), sedangkan kerendahan hati adalah sikap yang diperlukan untuk menerima karunia Allah. Alkitab berkata, “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihi orang yang rendah hati” (1 Pet 5:5). Kerendahan hati ini begitu penting bagi Allah, sehingga menempati urutan pertama dari Delapan Sabda Bahagia: Berbahagialah orang-orang yang miskin hatinya, karena merekalah yang memiliki Kerajaan Surga (Mat 5:3). Mereka yang rendah hati, yang dimurnikan dan diterangi Roh Kudus, adalah orang-orang yang siap untuk menerima karunia-karunia Roh Kudus untuk maksud perutusan.
Apa itu kerendahan hati?
Kerendahan hati atau ‘humility‘ berasal dari kata ‘humus‘ (Latin), artinya tanah/ bumi. Jadi, kerendahan hati maksudnya adalah menempatkan diri ‘membumi’ ke tanah. Secara khusus pada Rabu Abu, Gereja mengingatkan kita akan hal ini: “Ingatlah bahwa kamu adalah debu, dan kamu akan kembali menjadi debu” (Kej 3:19). Betapa dalamnya makna perkataan ini, dan jika kita renungkan, kita akan semakin mengenal diri kita yang sesungguhnya.
1. Kerendahan hati= nilai yang diperoleh dari penghormatan kepada Tuhan
Dalam kehidupan rohani Kristiani, kerendahan hati diartikan sebagai ‘nilai yang diperoleh dari penghormatan yang dalam kepada Tuhan.’ Hal ini melibatkan pengenalan akan ‘tempat’ kita yang sebenarnya dalam hubungan dengan Allah sebagai Pencipta dan dengan ciptaan-ciptaan Tuhan yang lain, dan sikap ini menentukan perbuatan kita. Kerendahan hati juga mengantar kita untuk mengakui bahwa kita dan segala ciptaan di dunia ini bukan apa-apa di hadapan Tuhan, dan kerendahan hati mengarahkan kita untuk hidup sesuai dengan pemahaman ini.
Jadi, kerendahan hati membantu kita untuk melihat segalanya dengan kaca mata Tuhan: kita melihat diri kita yang sesungguhnya, tidak melebih-lebihkan hal positif yang ada pada kita, namun juga tidak mengingkari bahwa segalanya itu adalah pemberian Tuhan. Dalam hal ini kerendahan hati berhubungan dengan kebenaran dan keadilan, yang membuat kita mengasihi kebenaran lebih daripada kita mengasihi diri sendiri. Kebenaran ini memberikan kepada kita pengetahuan akan diri sendiri, dengan kesadaran bahwa segala yang baik yang ada pada kita adalah karunia Tuhan, dan sudah selayaknya sesuai dengan keadilan, kita mempergunakan karunia itu untuk kemuliaan Tuhan (1Tim 1:17). Dengan perkataan lain, kebenaran membuat kita mengenali karunia-karunia Tuhan, dan keadilan mengarahkan kita untuk memuliakan Tuhan, Sang Pemberi.
2. Kerendahan hati= hasil dari pengenalan akan diri sendiri dan akan Tuhan.
Dasar dari kerendahan hati adalah pengenalan akan diri sendiri dan Tuhan. Pengenalan akan diri sendiri bermula pada kesadaran bahwa segala yang baik pada kita datang dari Allah dan milik Allah, sedangkan segala yang jahat pada kita timbul dari kita sendiri. Pengenalan yang benar tentang Tuhan menghantar pada pengakuan bahwa Tuhan telah menciptakan manusia menurut gambaran-Nya, dan bahwa manusia diciptakan untuk mengasihi, sebab Allah yang menciptakannya adalah Kasih. Dalam kasih ini, Allah menginginkan persatuan dengan setiap manusia, sehingga Ia mengirimkan Putera-Nya yang Tunggal untuk menghapuskan penghalang persatuan ini, yaitu dosa.
Kesadaran akan hal ini membawa kita pada kebenaran: yaitu bahwa kita ini bukan apa-apa, dan Allah adalah segalanya. Di mata Tuhan kita ini pendosa, tetapi sangat dikasihi oleh-Nya. Keseimbangan antara kesadaran akan dosa kita dan kesadaran akan kasih Allah ini membawa kita pada pemahaman akan diri kita yang sesungguhnya. Kesadaran ini menghasilkan kerendahan hati.
3. Kerendahan hati= ketergantungan terhadap Tuhan.
Kerendahan hati membuat kita selalu menyadari kelemahan kita dan bergantung kepada rahmat Tuhan. Hal ini juga dapat diterapkan dalam hal iman, sehingga iman berarti kerendahan hati secara rohani yang melibatkan akal budi, sehingga seseorang dapat menerima kesaksian Tuhan tentang Diri-Nya, tentang manusia, dan semua realitas kehidupan, daripada memegang pendapat sendiri. Jadi, kerendahan hati adalah sikap hati untuk tunduk kepada Tuhan. kerendahan hati adalah penyerahan diri kepada Tuhan sehingga kita berusaha untuk menyenangkan hati Tuhan (bukan diri kita sendiri) di dalam segala perbuatan kita.
Kerendahan hati menghantarkan kita kepada kesempurnaan kasih dan kekudusan
Untuk mencapai kekudusan, atau ‘kesempurnaan kasih’, kita harus menggunakan kemampuan kita sebagai karunia dari Kristus. Kita harus meniru teladan-Nya dan mencari kehendak Tuhan dalam segala sesuatu. Semua sikap ini adalah bentuk kerendahan hati! Sebab segala pertentangan/ konflik antar manusia selalu melibatkan kesombongan di kedua belah pihak.
Jadi agar dapat mengasihi, kita harus rendah hati di dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan. Berikut ini adalah pengajaran yang merupakan perjuangan bagi kita semua: Pertama, kerendahan hati di dalam pikiran adalah kita tidak boleh cemburu atau iri, jika orang lain dipuji, kita harus melihat kebaikan dalam diri orang lain, dan kita harus bergembira atas kebaikan dan kesuksesan orang lain. Kita ingat akan pengajaran Rasul Paulus,”… dengan rendah hati, anggaplah orang lain lebih utama dari diri kita” (Fil 2:3). Kita harus selalu menyadari bahwa kita hanya semata-mata alat di tangan Tuhan, dan selayaknya segala pujian ditujukan kepada-Nya.
Kedua, kita tidak boleh bicara yang buruk tentang siapapun dan bicara yang baik-baik tentang diri sendiri, atau lebih tepatnya, sebaiknya kita membatasi pembicaraan tentang diri kita sendiri supaya kita tidak jatuh dalam perangkap kesombongan. Jika ada orang berbuat salah, kita tidak boleh menghakimi, atau memaki, tetapi lebih baik kita berdoa untuk pertobatannya. Ada baiknya kita menyadari, jika kita berada persis di dalam situasi mereka, bisa jadi kita berbuat lebih buruk daripada mereka. Kita harus berjuang supaya tidak marah pada mereka yang menentang kita, tetapi menerima koreksi dengan lapang hati, demi pertumbuhan rohani kita.
Ketiga, di dalam perbuatan kita harus mau mengambil tempat yang rendah/tidak utama, dan tidak menginginkan untuk diperlakukan istimewa. Dalam segala sesuatu kita tidak mencari pujian, tetapi mencari bagaimana agar dapat melakukan sesuatu yang berguna, untuk kebaikan. Kita juga harus siap meminta maaf, untuk segala kesalahan yang kita lakukan, baik terhadap Tuhan dan orang lain, dan rajin untuk mengucap syukur untuk segala karunia yang Tuhan berikan kepada kita. Sikap seperti ini adalah sikap seorang pelayan, oleh karena itu, kerendahan hati menjadi dasar dari pelayanan Kristiani.
Apa langkah awal kerendahan hati?
Langkah pertama kerendahan hati adalah pemeriksaan batin yang baik. Jika kita rajin melakukannya setiap hari, latihan ini akan membimbing kita mencapai pengenalan diri sendiri, dan terutama, mengenal kesombongan diri kita. Meditasi juga merupakan alat untuk mencapai pengenalan diri sendiri. Dengan merenungkan kematian kita, penghakiman terakhir, neraka, surga, dan kehidupan Yesus Penebus kita, kita akan sampai pada kesadaran akan siapa diri kita di hadapan Allah. “Renungkanlah betapa besar kasih yang Tuhan sudah berikan kepadamu, dan berapa banyak dosa yang sudah engkau perbuat melawan Dia. Dan saat engkau menghitung dosamu, hitunglah juga belas kasihan-Nya!”
Melalui pertobatan yang terus menerus dan latihan-latihan rohani seperti ini, kita mengembangkan di dalam hati kita rasa benci akan kesombongan kita. Bersyukurlah, kita dapat selalu kembali kepada Tuhan melalui Sakramen Pengakuan Dosa. Melalui bimbingan seorang pembimbing rohani dan melalui Pengakuan dosa secara umum dan menyeluruh, yang diikuti oleh Pengakuan dosa yang teratur, meditasi yang diikuti oleh niat yang teguh untuk memperbaiki diri, maka kita, dengan bantuan rahmat Tuhan, dapat mencabut akar kesombongan, cinta diri, dosa-dosa kita dan kesenangan akan berbuat dosa. Tindakan kerendahan hati ini dapat menjadi semacam kesaksian dari keinginan kita untuk berbuat lebih baik.
Waspadalah terhadap kerendahan hati yang ‘palsu’ (‘false humility’)
Kita diingatkan agar jangan mempunyai sikap kerendahan hati yang ‘palsu’. Misalnya, dengan mengatakan bahwa kita lemah dan tidak bisa apa-apa, tetapi begitu orang lain memperlakukan kita sesuai dengan apa yang kita katakan itu, lalu kita menjadi kecewa. Atau, kita merendah supaya kemudian dipuji orang. Ini adalah kerendahan hati yang palsu. Kerendahan hati yang sesungguhnya tidak mengatakan tentang diri sendiri bahwa ’saya ini rendah hati’ (yang berhak mengatakan demikian hanya Tuhan). Kerendahan hati yang sesungguhnya berkaitan dengan menyembunyikan diri dalam artian tidak menonjolkan diri untuk dipuji, dan menyatakan kebajikan hanya untuk maksud mengasihi.
Kita tidak menggunakan alasan ‘tidak layak’ atau ‘aku masih berdosa’, sehingga kita tidak mau berdoa, atau tidak mau membagikan talenta untuk melayani Gereja, atau tidak mau melayani sesama. Menurutnya, ini tindakan tidak baik (’evil‘) karena menyembunyikan cinta diri di balik kedok kerendahan hati.
Yesus teladan kerendahan hati yang sempurna
Tuhan telah memberikan pada kita contoh yang sempurna dalam hal kerendahan hati, yaitu Yesus Kristus, PuteraNya. Kerendahan hatiNya tercermin dalam dua hal utama: Pertama, untuk menyelamatkan kita, Yesus yang adalah Tuhan mau menjelma menjadi manusia, tergantung sepenuhnya kepada Allah Bapa. Alkitab mengatakan bahwa Yesus, “walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai sesuatu yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia… Dan Ia merendahkan diriNya dan taat sampai mati di kayu salib”(Fil 2:5-8).
Kedua, Yesus merendahkan diri dengan ketaatan-Nya untuk melaksanakan tugas misi yang diterima-Nya dari Allah Bapa, yaitu untuk menyelamatkan kita, para pendosa (Rom 5:8), termasuk dengan segala keadaan yang berkaitan dengan tugas penyelamatan itu. Seluruh hidup-Nya adalah cerminan kerendahan hati yang sempurna: lahir di kandang hewan, hidup miskin sepanjang hidupNya di dunia (2 Kor 8:9), memar dipukuli, dihina, dilucuti pakaian-Nya, dan wafat di Salib.
Bagaimana caranya meniru kerendahan hati Kristus?
Meniru Kristus adalah jalan yang mengarahkan kita pada pertumbuhan rohani. Untuk hal ini, kita perlu untuk sering merenungkan teladan kerendahan hati Yesus: di dalam hidup-Nya yang tersembunyi, pelayanan-Nya, sengsara-Nya. Untuk memperoleh sifat kerendahan hati yang sungguh, kita perlu berdoa, sebab kerendahan hati adalah suatu pemberian Tuhan dan bukan semata karena usaha kita sendiri.] Semakin kita menyadari kesombongan kita, semakin kita perlu berdoa dengan ‘mengemis’ (begging) agar Tuhan tidak membiarkan kita jatuh ke dalam kesombongan. Kita juga perlu untuk selalu mengucap syukur dan menerima segala hal dengan suka cita, termasuk penghinaan.
Dalam hal penghinaan (humiliation), contoh yang paling sempurna diberikan oleh Yesus sendiri. Dia menghancurkan kesombongan (dosa pertama manusia) dengan kerendahan hati, menjadi hamba, serupa dengan manusia, taat sampai mati di Salib. Kerendahan hati-Nya menjadi obat kesombongan kita. Ia yang adalah Tuhan, Sang Sabda Kebenaran, dituduh mengajarkan sesuatu yang tidak benar. Ia dituduh menghujat Allah. Yesus menerima semua ini dengan diam, karena hatiNya dipenuhi kasih, dan kehendakNya teguh tertuju untuk menyelamatkan kita. Suatu permenungan bagi kita: bagaimana sikap kita jika kita dihina, dan dituduh melakukan sesuatu yang tidak kita lakukan…? Apakah kita bersikap seperti Kristus?
Kerendahan hati begitu penting, sehingga sering dikatakan bahwa kerendahan hati adalah segalanya, sebab seperti perkataan St. Agustinus, kerendahan hati menarik perhatian Allah yang Maha Tinggi. Kerendahan hati menjadi jalan keselamatan bagi manusia yang berdosa. Sebagai nilai kebajikan yang pertama, dan dasar semua nilai kebajikan yang lain, menurut St. Thomas, kerendahan hati menjadi sesuatu yang diperlukan untuk mencapai Kerajaan Surga, sebab kerendahan hati menghapuskan semua penghalang untuk menerima rahmat Tuhan.
Namun demikian, kerendahan hati bukanlah segalanya, sebab kerendahan hati bukan kebajikan yang terbesar. Tempatnya tidak setinggi kebajikan ilahi seperti, iman, pengharapan dan kasih (KGK 1812-1829), kebajikan akal dan kebajikan moral seperti kebijaksanaan, agama dan hukum keadilan. Kerendahan hati bukanlah akhir dari kesempurnaan kehidupan rohani, namun hanya merupakan sarana untuk mencapai hal itu. Kerendahan hati adalah langkah pertama dan langkah seterusnya untuk mencapai kesempurnaan kasih kepada Tuhan dan sesama, yang menjadi tujuan akhir panggilan hidup kita. Saat kita berjuang untuk menjadi semakin rendah hati setiap hari, marilah kita mempercayakan diri kita ke dalam tangan Tuhan dan berdoa, “Yesus, yang lemah lembut dan rendah hati, jadikanlah hati kami seperti hati-Mu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar