Kamis, 17 Desember 2009

Maybe this Christmas will mean something more

Maybe this Christmas will mean something more
Maybe this year love will appear
Deeper than ever before
And maybe forgiveness will ask us to call
Someone we love
Someone we have lost
For reasons we can't quite recall

Maybe there well be an open door
Maybe the star that shined before
Will shine once more,

And maybe this Christmas will find us at last
In heaven, at peace
Prayed for at least
For the love we have been shown in the past
Maybe this Christmas

Always Show The Best Quotes First
Change Ur Thought, Change Ur Life

Senin, 14 Desember 2009

Makna Advent

Kata Advent berarti “kedatangan”. Pusat perhatian dalam masa ini adalah perayaan akan kelahiran Kristus pada Kedatangan-Nya yang pertama dan penantian akan Kedatangan-Nya yang kedua sebagai Raja. Simbol rajani tercermin dalam warna ungu pada lilin-lilin Advent, yang dinyalakan pada Minggu Advent I hingga Minggu Advent III. Minggu Advent IV, adalah Hari Minggu terakhir sebelum Natal dan merupakan klimaks penantian Masa Advent. Pada minggu ini, lilin berwarna pink dinyalakan, warna pink menggambarkan sukacita, karena penantian hampir selesai dan kedatangan-Nya semakin dekat.
ARTI SIMBOL ‘ADVENT WREATH’ dengan Lilin
Asal mula tradisi penyalaan Lilin Advent tidaklah diketahui dengan jelas, namun ada beberapa bukti bahwa rakyat Jerman menggunakan daun-daunan dengan lilin yang dinyalakan selama bulan Desember yang dingin sebagai tanda harapan akan masa depan yang lebih hangat serta banyaknya sinar matahari pada musim semi. Di Scandinavia, saat musim dingin mereka menyalakan lilin-lilin dan menaruhnya disekitar roda, dan memanjatkan doa bagi “dewa terang” supaya memutar “roda dunia” kembali kepada matahari untuk mengembalikan kehangatan.
Sejak Abad Pertengahan, orang Kristen memiliki tradisi menggunakan “Advent Wreath” (Lilin Advent), yaitu rangkaian lima lilin dan tumbuh-tumbuhan hijau yang membentuk sebuah lingkaran, sebagai bagian dari persiapan rohani menyambut Natal karena Kristus adalah “Terang yang telah datang ke dalam dunia” (Yohanes 3:19-21). Dan sejak tahun 1600, gereja mulai memiliki tradisi formal tentang “Advent Wreath” (Lilin Advent)
Empat lilin di bagian luar menggambarkan masa empat abad penantian bangsa Israel akan seorang Jurus’lamat, yaitu sejak jaman nabi Mikha hingga kelahiran Kristus. Keempat lilin ini akan dinyalakan sesuai jumlah Minggu Advent, dan juga merupakan simbol akan datangnya Sang Terang yang membawa Harapan, Damai, Kasih dan Sukacita dalam dunia yang gelap.
Lilin yang berada di tengah menggambarkan Yesus, Sang Jurus’lamat. Lilin ini akan dinyalakan pada Kebaktian Malam Natal sebagai lambang bahwa masa penantian telah berakhir karena Sang Juru selamat telah lahir. Sedangkan daun yang membentuk lingkaran menggambarkan Allah, kekekalan-Nya dan kasih anugerah-Nya yang tidak terputus. Daun yang berwarna hijau menggambarkan harapan selama masa penantian tersebut. Bagi umat Kristen, masa ini memiliki dua arti, yaitu perayaan akan kelahiran Kristus pada kedatangan-Nya yang pertama dan masa penantian akan kedatangan-Nya yang kedua sebagai Raja.
Menandai Masa Adven
Liturgi Adven dirancang untuk menolong kita menyadari bahwa kita hidup dalam masa penantian.
Pada Masa Adven, banyak keluarga memasang Lingkaran Adven di rumah mereka. Selain hiasan-hiasannya yang tampak semarak serta membangkitkan semangat, ada banyak sekali lambang yang terkandung di dalamnya, yang belum diketahui banyak orang.
Pertama, karangan tersebut selalu berbentuk lingkaran. Karena lingkaran tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir, maka lingkaran melambangkan Tuhan yang abadi, tanpa awal dan akhir.
Lingkaran Adven selalu dibuat dari daun-daun evergreen. Dahan-dahan evergreen, sama seperti namanya “ever green” - senantiasa hijau, senantiasa hidup. Evergreen melambangkan Kristus, Yang mati namun hidup kembali untuk selamanya. Evergreen juga melambangkan keabadian jiwa kita. Kristus datang ke dunia untuk memberikan kehidupan yang tanpa akhir bagi kita. Tampak tersembul di antara daun-daun evergreen yang hijau adalah buah-buah beri merah. Buah-buah itu serupa tetesan-tetesan darah, lambang darah yang dicurahkan oleh Kristus demi umat manusia. Buah-buah itu mengingatkan kita bahwa Kristus datang ke dunia untuk wafat bagi kita dan dengan demikian menebus kita. Oleh karena Darah-Nya yang tercurah itu, kita beroleh hidup yang kekal.
Empat batang lilin diletakkan sekeliling Lingkaran Adven, tiga lilin berwarna ungu dan yang lain berwarna merah muda. Lilin-lilin itu melambangkan keempat minggu dalam Masa Adven, yaitu masa persiapan kita menyambut Natal. Setiap hari, dalam bacaan Liturgi Perjanjian Lama dikisahkan tentang penantian bangsa Yahudi akan datangnya Sang Mesias, sementara dalam Perjanjian Baru mulai diperkenalkan tokoh-tokoh yang berperan dalam Kisah Natal. Pada awal Masa Adven, sebatang lilin dinyalakan, kemudian setiap minggu berikutnya lilin lain mulai dinyalakan. Seiring dengan bertambah terangnya Lingkaran Adven setiap minggu dengan bertambah banyaknya lilin yang dinyalakan, kita pun diingatkan bahwa kelahiran Sang Terang Dunia semakin dekat. Semoga jiwa kita juga semakin menyala dalam kasih kepada Bayi Yesus.
Warna-warni keempat lilin juga memiliki makna tersendiri. Lilin ungu sebagai lambang pertobatan. Warna ungu mengingatkan kita bahwa Adven adalah masa di mana kita mempersiapkan jiwa kita untuk menerima Kristus pada Hari Natal. Lilin merah muda dinyalakan pada Hari Minggu Adven III yang disebut Minggu “Gaudete”. “Gaudete” adalah bahasa Latin yang berarti “sukacita”, melambangkan adanya sukacita di tengah masa pertobatan karena sukacita Natal hampir tiba. Warna merah muda dibuat dengan mencampurkan warna ungu dengan putih. Artinya, seolah-olah sukacita yang kita alami pada Hari Natal (yang dilambangkan dengan warna putih) sudah tidak tertahankan lagi dalam masa pertobatan ini (ungu) dan sedikit meledak dalam Masa Adven. Pada Hari Natal, keempat lilin tersebut digantikan dengan lilin-lilin putih - masa persiapan kita telah usai dan kita masuk dalam sukacita yang besar.
Pada kaki setiap lilin, atau pada kaki Lingkaran Adven, ditempatkan sebuah mangkuk berwarna biru. Warna biru mengingatkan kita pada Bunda Maria, Bunda Allah, yang mengandung-Nya di dalam rahimnya serta melahirkan-Nya ke dunia pada hari Natal.
Lingkaran Adven diletakkan di tempat yang menyolok di gereja. Para keluarga memasang Lingkaran Adven yang lebih kecil di rumah mereka. Lingkaran Adven kecil ini mengingatkan mereka akan Lingkaran Adven di Gereja dan dengan demikian mengingatkan hubungan antara mereka dengan Gereja. Lilin dinyalakan pada saat makan bersama. Berdoa bersama sekeliling meja makan mengingatkan mereka akan meja perjamuan Tuhan di mana mereka berkumpul bersama setiap minggu untuk merayakan perjamuan Ekaristi - santapan dari Tuhan bagi jiwa kita.

Jumat, 04 Desember 2009

ARTI SEBUAH CINTA

Suatu ketika terdapat sebuah pulau tempat tinggal seluruh perasaan: Kebahagiaan, Kesedihan, Kekayaan, Kesombongan, dan termasuk di dalamnya Cinta.

Suatu hari diumumkan kepada seluruh perasaan bahwa pulau tersebut tidak lama lagi akan tenggelam, sehingga seluruh perasaan yang ada segera mempersiapkan perahunya untuk pergi. Cinta terus bertahan hingga detik-detik terakhir.

Saat pulau hampir tenggelam, barulah Cinta berpikir untuk meminta bantuan. Kekayaan lewat di depannya dengan kapal yang megah. Cinta berkata: “Kekeyaan, bolehkah aku pergi bersamamu?”.
Kekayaan menjawab: “Tidak bisa, kapalku penuh dengan emas dan permata, tidak ada ruang lagi yang tersisa”.

Cinta memutuskan untuk bertanya kepada kesombongan yang melewatinya dengan kapal yang indah. Katanya: “Kesombongan, tolonglah selamatkan aku!”.
Kesombongan menjawab: “Cintaku sayang, aku tidak bisa membantumu, kamu basah sekali, nanti merusak kepalku yang indah”.

Kesedihan tampak berlayar di dekat pulau. Cinta berteriak: “Kesedihan, ijinkan aku pergi bersamamu!”.
Kesedihan menjawab: “Aduh… cinta, aku terlalu sedih. Sekarang aku hanya ingin sendiri, kamu tidak bisa ikut dengan aku”.

Setelah beberapa saat, kebahagiaan pun tampak di kejauhan, tetapi dia terlalu bahagia sehingga tidak mendengar Cinta memanggilnya.

Tiba-tiba terdengar suara: “Cinta, ikutlah denganku”. Muncullah sosok tua dengan kapal yang tidak kalah tuanya namun berkesan anggun dan berwibawa. Cinta sangat bersyukur, langsung naik ke kapal.

Akibat terlalu girang bisa selamat dari pulau yang mau tenggelam, saat mencapai daratan kering, Cinta lupa menanyakan nama sosok tersebut hingga sosok tersebut hilang menjauh di telan cakrawala, melanjutkan perjalanannya.

Sadar betapa besar hutang budinya kepada sosok tua tersebut, Cinta pun bertanya kepada Pengetahuan, sesepuh para perasaan yang ditemuinya di pulau itu. Katanya: “Siapakah yang telah menolongku?”.

“Dia adalah waktu”, jawab Pengetahuan.

“Waktu…?”, tanya Cinta setengah tidak percaya. “Tapi kenapa Waktu bersedia menolongku?” Pengetahuan tersenyum dengan penuh kebijaksanaan dan menjawab:

“… karena hanya waktu yang dapat memahami betapa besar arti sebuah cinta…”