Selasa, 02 November 2010

Pluralisme dan Isu Pluralime

Dalam konteks bangsa Indonesia yang sangat kompleks dan majemuk, cara pandang keagamaan yang toleran, pluralis, dan peaceful sangat diperlukan. Hal itu untuk menjaga kosmos dan bumi pertiwi agar tidak tenggelam dalam jurang pertikaian, kekerasan, dan peperangan.

Webster’s Third International mendefinisikan pluralisme sebagai sikap atau cara pandang dalam merespons fakta pluralitas (diversity).

(1) “a state of society in which members of diverse ethnic, religious, racial, or social groups maintain an autonomous participation in and development of their traditional culture or special interest within the confines of a common civilization;(2) a concept, doctrine, or policy advocating this state” (dikutip dari Hutchison 2004: 4).

Di Amerika Serikat, menurut Hutchison, kata “diversity” berakar sejak paruh pertama abad ke-19, sementara “pluralism” baru muncul pada paruh kedua abad ke-20 sebagai reaksi atas realitas kemajemukan agama-agama.

Profesor Diana Eck dari Harvard Divinity School: Pluralisme berbeda dengan plurality atau diversity (keberagaman). Diversity adalah pluralitas yang alami, basic, simple, colorful, splendid, dan given sifatnya. Sementara pluralisme adalah sebuah proses pergumulan yang bertujuan menciptakan sebuah “masyarakat bersama” (common society) yang dibangun atas dasar pluralitas atau ke-bhineka-an.

Fenomena “pluralitas agama” bisa dijumpai di mana saja apalagi di kota-kota kosmopolitan. Fenomena di mana orang dari berbagai latar belakang etnis, agama dan budaya bisa berkumpul, bercengkerama, dan makan-minum bersama di sebuah cafe atau restoran. Akan tetapi, tanpa engagement (dialog intensif atau pergumulan terus-menerus) antara satu komunitas dengan lainnya, maka pluralitas itu tidak akan menjadi pluralisme.

Pluralisme bukan pluralitas. Pluralitas (kemajemukan) merupakan pemberian atau anugerah Tuhan (given). Sebaliknya, pluralisme adalah sebuah “prestasi (achievement) bersama dari kelompok agama dan budaya yang berlainan untuk menciptakan common society.

Pluralisme adalah “the energetic engagement with diversity atau sebuah pergumulan intensif terhadap fakta keberagaman atau pluralitas. Pluralisme adalah tafsir atas pluralitas atau evaluasi atas diversitas budaya dan agama sebagaimana “paham” eksklusivisme, multikulturalisme, relativisme dan sebagainya yang juga merupakan interpretasi atas kemajemukan dan juga kemodernan.

Pluralisme adalah proses pencarian pemahaman secara aktif menembus batas-batas perbedaan (active seeking of understanding across lines of difference). Pluralisme setingkat lebih tinggi dari toleransi. Dalam toleransi tidak dibutuhkan pengetahuan (knowledge) dan pemahaman (understanding) atas “yang lain” sementara pluralisme mensyaratkan keduanya: pengetahuan sekaligus pemahaman atas tradisi agama dan budaya komunitas agama lain.

Pluralisme bukan berarti seseorang harus menanggalkan identitas keagamaan dan komitmennya terhadap agama tertentu, melainkan inti dari pluralisme adalah perjumpaan komitmen untuk membangun hubungan sinergis satu dengan yang lain.
Seorang pluralis bukan berarti tidak mengakui eksistensi perbedaan agama sebab perbedaan itu adalah natural, intrinsik, dan given (sunatullah) yang tidak bisa dihindari, akan tetapi perbedaan agama itu dijadikan sebagai sumber bagi hubungan agama yang sehat, sebagai kekuatan pemersatu, bukan sebaliknya melihat perbedaan itu sebagai faktor pemecah (divider) yang mengancam identitas keagamaan dan kebudayaan tertentu.

Seorang pluralis akan memandang agama sebagai “unite factor” ketimbang “divide one.” Prasyarat real commiment ini membedakan konsep pluralisme dari relativisme. Dalam relativisme tidak ada sikap komitmen hanya sebatas keterbukaan sementara pluralisme mengsyaratkan keduanya.

Jaminan Konstitusi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan
UUD 1945 Pasal 28 E
UUD 1945 Pasal 29
UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM Pasal 22
UU No. 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil Politik Pasal 18

Masalah kebebasan beragama tidak hanya problem negara tapi juga masalah bagi seluruh anak bangsa. Karena itu, perlu ada perubahan mindset dalam kehidupan keagamaan.

Tidak ada solusi tunggal untuk keluar dari masalah yang begitu kompleks ini. Paling tidak ada 3 hal perlu dilakukan: Rekonstruksi budaya; Review kebijakan/UU; dan Reinterpretasi pemahaman agama.

Selasa, 12 Oktober 2010

MENGAPA GEREJA DITOLAK?

“Siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik? Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar. Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat.” (1Petrus 3:13-17)

Gambar diatas menunjukkan ibadah di alam terbuka sebuah jemaat gereja yang pembangunan gerejanya ditolak warga sekalipun sudah mengantongi izin Pemda. Menurut statistik, pada kurun lima tahun terakhir sudah lebih dari 100 gedung gereja ditolak pembangunannya, ada yang dibakar, ada yang ditarik kembali izinnya, ada yang dirusak massa, dan ada yang dihentikan pembangunannya oleh massa tertentu. Dalam kurung sejak orde baru memerintah tercatat lebih dari 1.000 gedung gereja mengalami penghambatan dalam pembangunannya.

Mengapa gereja mendapat penolakan di berbagai lokasi di tanah air? Ayat diatas menunjukkan bahwa penderitaan yang dialami gereja bisa terjadi karena dua hal, bisa karena kebenaran tetapi bisa juga karena kesalahan gereja itu sendiri! Karena itu apa saja kesalahan yang mungkin melekat dalam gereja?

Beberapa faktor dapat menjadi bahan renungan bagi gereja agar menjadikan momentum penolakan terhadap gereja itu sebagai cermin untuk introspeksi diri.

1. Ungkapan kekesalan yang kalah.

Seorang tokoh Islam pernah berkomentar mengenai kaum radikal diagamanya yang membakar Mesjid (Ahmadyah) dan Gereja. Ia mengatakan bahwa tindakan itu didorong oleh rasa terdesak agama mayoritas atas migrasi agama minoritas di lingkungan mereka dan karena kesal dan merasa kalah maka timbullah reaksi yang acapkali radikal. Di negara-negara Barat yang mayoritas penduduknya beragama kristen, fanatisme yang sama juga bisa diidap oleh sekelompok kaum fundamentalis kristen, gerakan ‘anti Islam’ sekarang tumbuh di Barat.

2. Kristenisasi Massal?

Gereja banyak dituduh melakukan kristenisasi massal, benarkah? Belum lama ini di Bekasi ada gereja dimana pendetanya dikejar-kejar dan dihalalkan darahnya, soalnya pendeta itu melayani yayasan yang mengumpulkan banyak pemulung dan melakukan aksi sosial kepada mereka, tak lama kemudian dilakukan pembaptisan masal para pemulung yang didatangkan ke kolam renang dengan banyak bus.

3. Fanatisme Israel.

Dalam kasus konflik Israel-Palestina, umat kristen cenderung membela Israel, bahkan banyak turis kristen berkunjung dan mendatangkan devisa untuk Israel dan menutup mata terhadap penderitaan orang Palestina di sana. Kita harus sadar bahwa nenek moyang orang Palestina sudah lebih dahulu berada di kawasan itu sebelum Abraham menyeberang dari kawasan Aram diseberang sungai Efrat ke Kanaan. Ingat juga bahwa Yesus tidak pernah mau dijadikan pembebas bangsa Israel secara fisik apalagi mendirikan kerajaan Israel, tetapi membebaskan manusia dari dosa. Kalau kita membaca sejarah PL + PB dimana umat Israel berkali-kali dibuang keluar dari Israel kecuali mereka bertobat dan kembali kepada Allah, mereka tetap mengeraskan hati bahkan membunuh Tuhan Yesus Kristus di kayu salib.

4. Dari Katakombe ke Basilika.

Gereja-gereja diawali dengan misi yang sederhana bahkan menderita di lorong-lorong bawah tanah (Katakombe), namun setelah terkumpul masa dan kaya maka dibangunlah gereja besar bahkan megachurch yang sering mencolok dilihat (ala Basilika, masa ini disebut masa sekularisasi gereja). Seusai kerusuhan SARA di Situbondo (1996) dan sekitarnya dimana 27 gereja dirusak/dibakar, ada gereja di jalan protokol yang dibangun lebih mewah dari puing kebakarannya, ini mendatangkan kritik Sumartana almarhum yang menyebut bahwa: “Gereja kurang peka membangun dipintu masuk kota santri itu. Bandingkan ini dengan seorang yang di jalan-masuk rumahnya ada tamu tak disenangi yang berdiri dengan ‘mekakang’!

5. Denominasionalisme.

Salah satu masalah internal gereja adalah persaingan antar gereja. Kita bisa melihat kalau ditempat berdekatan dibangun beberapa gereja dari denominasi berbeda, akibatnya rasio jumlah jemaat lokal dibanding kesediaan gedung gereja menjadi pincang. Ada kota sedang didekat Situbondo dimana penulis pernah melayani dan diajak majelis berkeliling kota dan ditunjukkan sebuah gereja besar yang kapasitasnya 2.000 kursi yang dibangun dekat pesantren, lalu penulis menanyakan ‘jemaatnya berapa ya?’ jawabnya ‘200.’ Baru-baru ini seorang majelisnya memisahkan diri dan membangun gereja saingan berkiblat ke gereja sukses di Surabaya yang dibangun diantara gereja itu dan pesantren. Gereja berdempetan bukan hal baru di ruko-ruko bahkan sering berebut jemaat dan tampat parkir!

6. Eksklusivisme.

Salah satu kelemahan gereja masakini adalah umumnya memiliki jemaat yang berdomisili jauh dari lokasinya, akibatnya kalau masa kebaktian mobil-mobil berjubel dikekeliling gereja itu. Berbeda dengan itu, mesjid umumnya bersifat lokal dimana banyak jemaatnya berasal dari lingkungan yang sama sehingga cukup berjalan kaki, akibatnya perbedaan sosial pengunjung gereja dan lingkungan tidak besar, ini berbeda dengan gereja-gereja etnis tertentu yang cenderung tidak peduli dengan penduduk disekitar gerejanya.

Dari beberapa contoh diatas, kita dapat bercermin mengapa gereja di kawasan tertentu ditolak. Bukanlah gereja-gereja juga memiliki andil dalam timbulnya radikalisme penolakan itu? Akibat dari sikap arogansi beberapa gereja tertentu, gereja-gereja yang tulus dan memang membutuhkan tempat ibadah menjadi korban.

Kondisi demikian seharusnya menjadikan kita peka akan lingkungan, bersikap ramah tehadap penduduknya, dan tidak menyusahkan tetangga yang depan rumah mereka dipenuhi mobil-mobil orang asing. Semoga hal-hal ini menjadi bahan introspeksi. Sekalipun demikian, kita harus siap menerima penderitaan apapaun, sekalipun kita sudah bersikap patut, ramah dan sadar lingkungan, sebab memang kita harus siap menerima konsekwensi ‘Karena Nama Kristus'. (Yabina)

Senin, 13 September 2010

PERNYATAAN SIKAP HKBP TENTANG PERISTIWA PEMUKULAN DAN PENUSUKAN TERHADAP WARGA JEMAAT HKBP PONDOK TIMUR INDAH BEKASI

1. Kami, Ephorus Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang berkedudukan di Pearaja Tarutung mewakili 4,1 juta warga jemaat HKBP sangat terkejut ketika mengetahui peristiwa pemukulan dan penusukan terhadap dua orang anggota HKBP. Laporan yang kami terima menyebutkan bahwa peristiwa itu terjadi pada hari Minggu (12/09) sekitar pukul 08.30 WIB pada saat anggota jemaat HKBP dalam perjalanan untuk beribadah minggu. Ibu Pendeta Luspida Simanjuntak, Bapak Sintua Hasian Sihombing dan beberapa anggota jemaat lainnya secara tiba-tiba diserang beberapa orang tidak dikenal yang mengendarai sepeda motor. Kejadian yang berlangsung sangat cepat itu menyebabkan Bapak Sintua Hasian Sihombing terkena tusukan senjata tajam, sementara Ibu Pendeta Luspida Simanjuntak dan beberapa anggota jemaat lainnya mengalami memar akibat pukulan dan tendangan. Tindakan tersebut adalah biadab, yang menorehkan luka baru bangsa Indonesia. Karena itu, kami mengecam sekeras-kerasnya tindakan brutal yang dialami anggota jemaat HKBP Pondok Timur Indah yang mau beribadah.

2. Kami berpendapat bahwa peristiwa kekerasan yang terjadi itu merupakan akibat dari ketidaktaatan hukum oleh sebagian warga negara sekaligus akumulasi dari pembiaran oleh Pemerintah atas ketegangan yang terjadi belakangan ini di tengah masyarakat terkait dengan larangan beribadah terhadap anggota jemaat HKBP Pondok Timur Indah di kawasan Ciketing, Kabupaten Bekasi. Pembiaran seperti ini justru akan memperkeruh suasana terlebih potensi konflik horisontal. Kami kembali menyerukan kepada Pemerintah supaya segera proaktif dalam menyelesaikan permasalahan hak beribadah anggota jemaat HKBP Pondok Timur Indah.

3. Kami sungguh-sungguh tidak dapat mengerti dengan pernyataan pihak kepolisian yang langsung menyatakan bahwa tindakan itu merupakan kriminal murni. Bagi kami kesimpulan semacam itu adalah prematur, tidak berdasar, dan bukan merupakan hasil penyelidikan. Pertanyaan kami adalah, mengapa pihak kepolisian langsung mengambil kesimpulan semacam itu padahal polisi sendiri mengaku masih mendalami motif si pelaku? Bagi kami jelas bahwa tindakan pelaku adalah tindakan yang direncanakan. Tindakan penikaman kepada orang yang hendak beribadah merupakan indikasi bahwa pelaku telah mempersiapkan diri sebelumnya. Kami menilai bahwa pihak kepolisian telah lalai menjalankan tugas dan telah bersikap sama sekali tidak profesional. Kami mendesak agar polisi tidak terburu-buru mengambil kesimpulan apapun sebelum melakukan penyelidikan yang mendalam. Kita tahu bersama bahwa kekerasan terhadap anggota jemaat di HKBP Pondok Timur Indah, Bekasi selama delapan bulan terakhir terus meningkat.Kami mempertanyakan keseriusan polisi untuk melindungi warga negara. Pada kesempatan ini kami mendesak Bapak Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri agar memberi perhatian khusus untuk mengusut tuntas kasus ini.

4. Kepada Bapak Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, untuk kesekian kalinya, kami mendesak agar mengambil tindakan serius terhadap masalah yang dialami warga jemaat kami HKBP Pondok Timur Indah, Bekasi dan gereja-gereja lain di wilayah Jawa Barat serta wilayah lainnya. Kami meminta agar Bapak memberikan perhatian yang sangat serius untuk menjamin berlakunya hukum di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selama kepemimpinan Bapak, eskalasi kekerasan terhadap umat beragama telah meningkat tajam dari waktu ke waktu. Kami kini menunggu tindakan dari Bapak.

5. Kami ingin meneguhkan saudara-saudari kami anggota jemaat HKBP Pondok Timur Indah supaya tidak resah menghadapi kondisi ini. Berdirilah teguh dan jangan goyah. Berdoa dan berjagalah supaya Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja menguatkan kita dan bangsa Indonesia dalam menjaga persatuan dan kedamaian di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kami menghimbau kepada seluruh anggota jemaat HKBP yang berada di Tanah Air maupun di luar negeri supaya bersatu dalam doa dan berusaha tiada henti dalam memperjuangkan persamaan derajat sebagai manusia. Seluruh anggota jemaat HKBP hendaklah bersedia bersama-sama masyarakat untuk membangun bangsa Indonesia demi terwujudnya masyarakat adil, makmur dan sejahtera yang berbhinneka tunggal ika.

Pearaja, Tarutung, 12 September 2010

Pimpinan HKBP


Ephorus Sekretaris Jenderal

Pdt. Dr. Bonar Napitupulu Pdt. Ramlan Hutahaean, MTh

Senin, 16 Agustus 2010

SUAMI-ISTRI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA

Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling mulia di muka bumi ini. Oleh karena itu kepada manusia Tuhan memberikan hak dan kewajiban untuk dijalankan. Hak dan kewajiban merupakan suatu kesinambungan yang berdampingan dalam kehidupan manusia. Untuk menentukan keberlangsungan kehidupan rumahtangga, manusia diberikan hak untuk mendapatkan pendamping yang sesuai dengan kata hatinya. Disamping haknya, manusia dituntut akan suatu kewajiban yang mesti dijalankan. Apakah dia sebagai suami atau sebagai istri, keduanya dituntut untuk menjalankan fungsinya masing-masing.

Menjalankan hak dan kewajiban dalam rumahtangga merupakan suatu hal yang biasa namun rumit, namun tergantung dari bagaimana pasangan itu menjalankannya. Namun, hal yang didambakan oleh pasangan suami-istri dalam menjalankan hak dan kewajibannya adalah mendapatkan keharmonisan yang penuh kasih sayang dalam keluarga. Hal yang mau diutarakan, bahwa hak dan kewajiban suami-istri adalah membina komunikasi yang harmonis serta penuh kasih sayang dalam rumahtangga.

Suami-Istri: Membina Keluarga Harmonis


Dalam kehidupan suami-istri, keharmonisan itu bisa terwujud jika ada kerjasama dalam keluarga tersebut sebagai sebuah tim. Dimana didalamnya satu sama lain saling menghargai, saling menghormati, saling memerlukan dan saling mencintai.

Sebagian besar pasangan suami-istri yang baru membina hubungan rumahtangga menyatakan bahwa pada awalnya hubungan suami-istri tidak ada masalah dan semua berjalan dengan baik. Namun setelah menjalani hubungan rumahtangga beberapa lama mulailah muncul perubahan-perubahan. Hal ini bisa saja terjadi karena kurangnya komunikasi dan mendiskusikan suatu masalah yang dihadapi. Akibatnya lama kelamaan masalah yang belum terselesaikan itu bertumpuk. Apa yang dulunya merupakan kebanggan dan kekaguman dari pasangan berubah menjadi kelihatan kurang menarik.

Untuk membina hubungan suami-istri agar tetap berjalan harmonis, maka yang utama adalah jagan sampai mencoba pasangan agar sama dengan apa yang kita inginkan. Yang terbaik dalam membina hubungan rumahtangga adalah memperlihatkan diri walau dengan warna masing-masing, namun masing-masing memahami kenapa warna itu berbeda. Misalnya dalam mendampingi si siamu, bisakah istri sebagai partner atau mitra suami. Bukan istri harus melayani suami atau suami melayani istri, tetapi sebagai partner, siapa yang sempat dia yang melakukan, siapa yang tidak sempat dia dibantu dengan iklas. Sebagai partner, saling memerlukan, saling membutuhkan dan saling menghargai. Pasangan suami-istri semestinya mempunyai anggapan bahwa setiap manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Selain itu hal yang penting yang semestinya diperhatikan adalah komunikasi. Komunikasi adalah suatu jembatan untuk mengunggkapkan perasaan yang tidak dapat ditunjukkan dengan sikap dan perilaku. Dengan berkomunikasi, pasangan suami-istri dapat saling mengutarakan isi hati dan perasaan masing-masing. Apa yang akan terjadi jika dalam sebuah keluarga tidak ada komunikasi? Keluarga itu dapat diibaratkan dengan seperti alur-alur sungai yang tidak akan dapat diseberangi. Oleh karena itu, komunikasi dalam keluarga adalah suatu hal yang terpenting untuk jalinan kasih dalam keluarga. Karena komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang didalamnya disertai dengan kasih. Bahkan di dalam pembicaraan singkat, perlu menyertakan kasih yang kelaur dari hati. Jadi komunikasi itu bukanlah sekedar basa-basi saja atau sekedar pemanis mulut agar pembicaraan di meja makan tidak hambar.

Berkomunikasi dari hati berarti kita menyatakan kesungguhan hati kita untuk memahami setiap perasaan pasangan kita. Karena itu, di dalamnya diperlukan juga kerelaan untuk mendengarkan. Dengan sikap mau mendengarkan maka setiap anggota keluarga akan merasa menjadi pribadi yang penting dan berharga. Tak ada lagi yang merasa satu lebih rendah daripada yang lain. Penerimaan atau penghargaan di dalam keluarga untuk setiap anggotanya dapat menjadikan setiap pribadi di dalamnya menjadi orang yang penuh percaya diri. Hal inilah yang menjadi bekal terpenting bagi setiap anngota kelaurga untuk berani tampil di dalam masyarakatdan melayani orang lain. Karena itu, janganlah mengabaikan komunikasi, karena itu sangat penting.

Menciptakan Rasa Aman

Berbicara tentang rasa aman dalam tumahtangga tentu saja akan menunjuk kepada ketenangan batin anggota keluarga. Seorang suami akan merasa aman ketika ia tahu istrinya mempercayainya dan komitmennya terhadap pernikahan mereka. sebaliknya, rasa aman yang akan dirasakan oleh istri akan datang saat suami menolongnya lepas dari ketakutan lewat kata-kata penghiburan yang menenagkan dan penuh kasih. Komitmen terhadap pasangan dapat dikomunikasikan melalui dukungan yang penuh dan pujian yang tulus dan bukan dengan kepura-puraan.

Dalam kehidupan suami-istri, pasti akan ada hal-hal yang tidak dapat dihindarkan, seperti mengalami sakit hati, kejengkelan, dan kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi. Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa dasar dari pernikahan adalah bahwa dua pribadi yang tidak sempurna bertekad menjadi satu dalam kedekatan yang sejajar. Hal ini merupakan hak dan kewajiban suami-istri dalam mengarungi rumahtangga mereka.

Rasa aman akan muncul dalam kepribadian kedua pasangan apabila mengingat kembali dasar pernikahan mereka yaitu kasih. Karena kasih mereka menjadi satu, dan karena kasih itu mereka akan merasakan rasa aman dalam kehidupan mereka. Di samping itu, perlu menyadari bahwa rasa aman yang datang dari Tuhan dapat menolong setiap pasangan untuk saling mengasihi. Tuhan berkomitmen mengasihi kita sekalipun Dia mengetahui kelemahan, kegagalan, dan kekurangan manusia. Betapa indahnya bila dalam pernikahan setiap pasangan menerapkan hal yang sama terhadap pasangannya. Karena cinta sejati merupakan komitmen tak bersyarat untuk mencintai pribadi yang tidak sempurna.

Hubungan seperti itulah yang membuat masing-masing membuat aman. Inilah dasar bagi tercapainya keintiman dalam pernikahan. Merasa aman berarti bebas dari bahaya dan perasaan takut. Suami atau istri akan merasa aman bila merasa dirinya diperhatikan, dilindungi, disayangi dan dipelihara oleh pasangannya. Setiap pasangan akan merasa puas bila kebutuhan mereka terpenuhi – tetapi suami-istri akan merasa aman apabila kebutuhan masa depan mereka terpenuhi. Hal inilah yang merupakan hal pokok hak dan kewajiban suami-istri.

Menjadi Orangtua Bijak Bagi Anak

Anak adalah seumpama mutiara bagi orangtuanya. Mereka selalu menginginkan agar anaknya menjadi orang yang memiliki masa depan yang gemilang. Namun tak jarang juga orangtua menganggap bahwa anak tidak tahu apa-apa, sehingga mereka memaksakan segala pemikirannya kepada anaknya. Dengan demikian, si anak akan menjadi orang yang sering mengeluh.

Berbicara tentang kewajiban orang tua terhadap anak, selayaknya orangtua memberikan pendidikan, rasa aman, rasa cinta dan kasih sayang kepada anak. Kasih sayang yang diberikan kepada anak tidak selalu dengan memberikan materi atau benda. Dengan memberikan perhatian atau dengan memeluk anak yang berhasil dalam suatu kegiatan merupakan bentuk kasih sayang yang tulus terhadap anak. Memberi tempat sebagai curahan hati disaat anak memerlukan sudah merupakan kasih sayang bagi si anak.

Selain itu, mendidik dengan penuh kasih sayang bisa menanamkan kepada anak bahwa pengetahuan dan wawasan yang luas. Dalam mendidik, orangtua perlu memakai dasar pikiran bahwa semua anggota keluarga harus belajar hidup saling menghargai sebagai sesama. Orangtua berperan untuk mendorong agar si anak memiliki keyakinan dan harga diri. Orangtua yang bijak selalu memberikan kepercayaan kepada anaknya, percaya kepada kemampuan mereka menjalankan tanggungjawab. Orangtua yang bijak akan selalu menghargai usaha dan perbaikan si anak dan tetap selalu memberikan bimbingan terhadap anaknya. Membimbing berarti memberi dorongan kepada anaknya untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang disertai dengan moral.

Orangtua yang bijak akan selalu mendorong anaknya ke arah pengembangan pribadi yang sehat. Ketika si anak mengalami kelelahan, ketika kesabarannya menurun, humor sangat membantu dalam menjaga komunikasi agar tetap menyegarkan si anak. Orangtua yang bijak dapat menjaga hubungan yang harmonis, terbuka, saling respek, dan berdasarkan kasih sayang. Anak perlu diberi kasih sayang dan perhatian. Dapat dibayangkan apabila tanggungjawab orangtua ini diabaikan, maka anak akan merasa kekosongan dan merasa bahwa mereka tidak diperlukan oleh orangtuanya. Mereka akan mencari sesuatu diluar yang dapat memenuhi jiwa mereka di luar rumah. Akibatnya mereka akan hidup di dalam perbuatan yang kurang baik.

Apabila sikap diatas dapat ditanamkan dalam diri setiap anggota keluarga, maka akan muncul keluarga yang saling menyanyangi. Perasaan aman, komunikasi yang harmonis dan sikap yang terbuka akan menjadi ciri keluarga yang harmonis. Oleh sebab itu, hak suami-istri adalah untuk saling memiliki dengan penuh dan berkewajiban untuk menjadikan keluarga itu yang harmonis dan penuh kasih sayang.

Senin, 02 Agustus 2010

DEMONSTRASI SEBAGAI SUATU REALITAS SOSIAL INDONESIA
DI ERA REFORMASI



“Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”, “Bhineka Tunggal Ika” (berbeda-beda tetapi tetap satu). Semboyan tersebut sudah sering kali kita dengarkan di telinga kita. Semboyan ini merupakan dikumandangkan pada perjuangan Indosenia dalam merebut kemerdekaan. Dan tanpa terasa, kini bangsa Indonesia telah memasuki 65 tahun kemerdekaannya yang ditandai dengan era reformasi. Namun semuanya itu tidak lepas dari munculnya perdebatan-perdebatan yang memicu demonstrasi, kekerasan dan ketidak adilan sosial dalam kehidupan realitas masyarakat Indosenia.

Ketidak Adilan dan Ketidak Puasan sebagai Awal Demonstrasi

Indonesia telah merdeka dari penjajahan, namun sebagai gantinya muncul berbagai tragedi berdarah dan kekejaman yang telah mencoreng dan memburamkan lembaran sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Rasa persaudaraan sebangsa dan rasa saling percaya yang dulu ada hampir kandas dari hati sanubari. Keramah-tamahan, keakraban dan persatuan bukan lagi menjadi suatu yang ikhlas dan wajar, tetapi semuanya telah diukur dengan ukuran apa untungnya dan apa ruginya. Kita kini hidup dalam hiruk pikuk kepausan hingga mengabsahkan kebuasan. Buas terhadap sesama dan buas terhadap alam ciptaan Tuhan.

Sepertinya para penguasa telah terbiasa memoles realitas sosial. Jumlah korban diminimalisasi sedemikian rupa dan jumlah keberhasilan yang mereka capai dipublikasikan hingga “langit ketujuh”. Bangsa Indonesia sudah terlalu lama dibius oleh prinsip-prinsip “kedamaian yang ditututp-tutupi dengan rapi” di bawah janji muluk penuh tipu muslihat seperti toleransi, kepentingan umum, persatuan dan kesatuan bangsa, pembangunan nasional hanya untuk menutupi ketidak adilan sebagai faktor utama keresahan dan kerusuhan dan perang antar politik orang-orang pintar.

Kegiatan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang mementingkan diri sendiri menjadi suatu hak yang lumrah dan wajar tanpa memandang kesekeliling; sehingga si kaya menjadi kaya, simiskin menjadi miskin, dan yang lemah menjadi tidak berdaya. Kehidupan masyarakat semakin kacau, kebutuhan hidup tidak dapat terpenuhi, sehingga menimbulkan demonstrasi tanpa memandang lapisan untuk menuntut keadilan. Tidak adanya keseimbangan pembangunan antar daerah, memicu banyak daerah ingin melepaskan diri dari negara kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian apakah semboyan diatas masih perlu dipertahankan atau dibuang begitu saja?

Ketidak adilan sering diserukan sebagai faktor pendukung demonstrasi dan reformasi. Ketidak adilan dalam segala sendi kehidupan disebabkan oleh supermasi hukum yang diinjak-injak. Hukum dijalankan tidak dengan semestinya. Hukum diberlakukan dengan dengan tidak adil, hukum dilecehkan, hukum dipakai untuk menindas rakyat. Hukum dapat dibeli dengan jabatan dan kekuasaan. Kondisi yang demikian semakin berlarut-larut dan mengakibatkan hati dan perasaan rakyat semakin panas, hal ini diperkuat dengan datangnya krisis yang berkepanjangan. Keadaan ekonomi yang semakin sulit semakin mudah meminta daerah memisahkan diri dari NKRI, tiada lagi rasa memiliki, yang ada hanya demonstrasi menuntut keadilan dan hak yang diabaikan.

Jelas sekali bahwa persaingan tidak sehat sangat dekat dengan kekerasan. Ketika persaingan lebih mengemuka dalam kehidupan, disitu kekerasan sedang dibiarkan yang pada gilirannya bertumbuh subur menjadi peperangan tak berperikemanusiaan. Kini masyarakat kita menanti-nantikan kesejahteraan, tapi yang hanya adalah kesengsaraan dan kemelaratan. Kesejahteraan dan keadilan yang diharapkan dari orang-orang yang berkuasa hanya sebagai pemanis kata dan tinggal impian. Rakyat merana, bosan dan yang muncul hanyalah demonstrasi sebagai aksi atas keadilan dan kesejahteraan yang tertunda.

Demonstrasi Sebagai Jawaban?

Pada saat ini demonstrasi dipandang dan diyakini sebagai satu-satunya cara efektif dalam mewujudkan aspirasi rakyat. Kendati aksi demonstrasi itu dinilai tidak lagi eksklusif di kalangan mahasiswa dan kampus, namun harus diakui sudah merembes ke tingkat politik lokal seperti di kawasan pedesaan, kecamatan maupun tingkat pemerintahan daerah lainnya. Penolakan terhadap pilkades, tuntutan terhadap perlu mundurnya para kepala desa, camat atau bupati merupakan bukti ekspansi tren demonstrasi di kalangan masyarakat.

Ada tiga prakondisi (awal) dasar kenapa demonstrasi muncul sebagai primadona dalam penyelesaian masalah sosial dan pemerintahan. Pertama, ketidak-sensitifan para pemegang kekuasaan, administrator dan birokrasi dalam merespon aspirasi serta opini masyarakat. Mereka yang sudah duduk dalam kekuasaan justru berpikir merekalah sesungguhnya yang lebih mengetahui keinginan rakyat. Mereka memandang pendapat masyarakat hanya sekadar asesoris belaka tanpa perlu dipertimbangkan secara matang. Akibat lebih lanjut dari ketidak-sensitifan ini adalah munculnya perilaku arogansi (perdebatan) kekuasaan yang berlebihan. Kedua, masyarakat terlalu lama hidup dalam ketertekanan utamanya dari segi konteks politik. Masyarakat tidak lagi mempunyai saluran komunikasi yang efektif untuk merealisasikan harapan dan tujuan mereka bersama. Ketiga, mentalitas aparatur yang berdasarkan pada pembenaran patron-client relationships (kerjasama antara penguasa-rakyat) menyebabkan rakyat powerless (tak berdaya). Selama ini clients (rakyat) harus tunduk kepada patron (penguasa). Ketaatan ini tidak dilandasi oleh beneficial relations (kerjasama yang baik), tetapi sebaliknya justru bersifat eksploitatif.

Contoh berbagai kasus yang terjadi selama Orde Baru dan tampaknya sekarang masih berlanjut adalah implementasi kebijakan khususnya di bidang perekonomian yang hanya menguntungkan beberapa pihak. Akibatnya, jika beberapa aktor ekonomi nasional ini collapse (runtuh), maka berdampak pada ambruknya sistem tata ekonomi seperti yang terjadi saat ini. Singkatnya, demonstrasi muncul sebagai luapan emosi banyak orang yang terlalu lama terpendam dan tidak mempunyai sarana efektif untuk menyalurkan permasalahannya.

Munculnya sikap masyarakat untuk tidak mau berdialog, dan lebih berpreferensi melakukan demonstrasi disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, dialog selama ini hanya dijadikan sekadar wacana formal saja. Dialog akan berakhir sebagai dialog semata dan tidak ada tindak lanjutnya. Gus Dur menyebutnya sebagai terlalu banyak pidato dan tidak ada action-nya. Ini sebagai pantulan dari arogansi kekuasaan yang selama bertahun-tahun dialami oleh rakyat Indonesia.
Kedua, kepercayaan terhadap hukum sedang menurun dengan drastis. Ini karena 'law enforcement' tidak didasarkan pada fondasi hukum sebagaimana mestinya. Bahkan dengan perasaan kesal, jengkel dan campur menyesal. Reformasi hukum yang semestinya berjalan ternyata tidak terjadi bahkan praktik-praktik masa rezim Orde Baru masih berlangsung saat ini.

Ketiga, birokrasi yang lamban semakin memperkeruh suasana dan mendorong munculnya demonstrasi serta aksi-aksi lainnya. Birokrasi yang tidak lagi responsif, lamban, kaku, dan tidak adaptif memberikan suasana yang kondusif untuk munculnya ketidakpuasan-ketidakpuasan yang disalurkan lewat aksi demonstrasi.

Jadi tawaran dialog hanya akan berlangsung dan responsif kalau para pihak yang berdialog yakin dan percaya bahwa apa yang dibahas dan didialogkan itu akan ditindaklanjuti. Tetapi jika dialog hanya semata-mata wacana formal untuk melanggengkan tujuan dan mission penguasa semata, maka mustahil dialog menjadi wahana komunikasi yang efektif. Akhirnya, pilihan demonstrasilah yang diyakini sebagai jalan satu-satunya dalam menyelesaikan dan menjawab problema-problema yang ada.

Suatu refleksi menuju perubahan

Dalam keadaan ini, semua pihak terkait; pemerintah dan masyarakat, harus terlibat dan ambil bagian dalam peneyelesaian masalah diatas. Dalam hal ini yang diperlukan adalah suatu proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai agar serasi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah bergeser dari prinsipnya.

Keperdulian pemerintah terhadap masyarakat, keadilan sosial dan pemerataan pembangunan adalah hal yang paling utama dan paling pokok dalam permasalahan ini. Perubahan dan perbaikan itu dapat terwujud jika pemerintah dan masyarakat merenungkan dan benar-benar kembali kepada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Yang perlu diingat adalah bahwa masyarakat Inonesia adalah masyarakat yang berbudaya, cinta akan kedamaian dan persatuan seperti yang terkandung dalam pengamalan Pancasila..

Dengan perenungan pribadi, mengenal diri dan berkomitmen untuk memperbaiki kehidupan kedepan atas tujuan bersama merupakan langkah awal menuju perubahan yang lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan perenungan, komitmen dan perubahan atas keegoan pribadi maka kesejahteraan dan keadilan sosial yang diharapkan dapat dimulai dengan baik.

Kamis, 29 Juli 2010

Hargailah Waktumu...

Kenapa Waktu itu begitu berharga? bahkan kadang penyesalan itu datengnya belakangan, begitu kita sadar kalau semuanya sudah terlambat baru kita menyesal. Yang perlu kita ketahui mengenai waktu

Waktu itu:
1. Waktu tidak bisa kembali
Kadang-kadang kita cuma bisa menyesali apa yang sudah terjadi di belakang kita. Think wise! jangan berhenti pada masa lalu, kehidupan yang akan kita jalani ke depan jauh lebih panjang dan berarti.

2. Waktu tidak bisa menunggu
Terhadap siapapun, mau orang kaya, miskin, anak-anak, orang tua, waktu tidak kenal kata "tunggu dulu". Waktu akan terus berjalan tanpa ada yang bisa menghalangi. Jadi, berhentilah berandai-andai "andai bisa kuhentikan waktu". Hadapilah masalah yang ada, tentunya dengan menjadikan Tuhan sebagai jawaban atas setiap masalah yang ada, karena pemikiran-pemikiran kita cenderung negatif ketika menghadapi masalah.

3. Waktu tidak bisa dimiliki, tetapi hanya bisa dipakai
Kesuksesan yang lalu biarlah berlalu, kita tidak bisa terus membanggakan kenangan masa lalu kita. teruslah berkarya untuk menghasilkan yang lebih baik. Jangan cepat merasa sombong dengan apa yang kita telah capai sekarang. Tetaplah mengucap syukur.

Jadi, sudah tepatkah teman-teman dalam menggunakan waktumu? Belajarlah dengan bijak dalam menggunakan hari-harimu, karena hari-hari ini semakin jahat.

Jumat, 23 Juli 2010

Perumpamaan tentang PRIORITAS hidup

Seorang profesor filsafat ketika sedang memberikan kuliah mengeluarkan sebuah botol mayones yang sudah kosong. Kemudian ia mengeluarkan beberapa batu yang kemudian diisikannya ke botol itu. Ketika sudah dua batu diisikan, sudah tak ada tempat lagi bagi batu ketiga. Ia bertanya pada mahasiswanya apakah botol itu sudah penuh? Mahasiwanya mengiakan. Kemudian ia mengambil kerikil kecil. Dimasukkannya kerikil itu ke botol dan botol itu dikocok-kocoknya. Kerikil-kerikil itu akhirnya masuk bergulir memenuhi ruang di antara batu-batu itu. Sekali lagi ia bertanya apakah botol itu penuh? Mahasiswanya menjawab ya. Lalu profesor itu mengambil pasir dan menuangkannya ke botol. Setelah botol itu diguncang-guncangkan beberapa kali, pasir itu masuk mengisi ruang yang masih tersisa memenuhi botol.

"Sekarang," kata profesor, "Saya ingin kalian tahu bahwa botol ini mengibaratkan hidup kamu. Batu-batu ini adalah hal-hal yang paling penting dalam hidup kamu yaitu , keluarga, kesehatan, anak-anak Anda. Kerikil-kerikil ini adalah hal-hal lain yang juga penting dalam hidup Anda, misalnya pekerjaan, pengetahuan, ketrampilan Anda. Pasir adalah hal-hal lain seperti hobby dan kesenangan Anda.

Bila Anda memasukkan kerikil dan pasir terlebih dahulu maka tak ada ruang lagi buat batu. Begitu juga dengan hidup Anda. Bila Anda mencurahkan seluruh energi dan waktu Anda untuk hal-hal yang kecil, materi, kedudukan, kesenangan, maka Anda tak mempunyai ruang lagi untuk hal yang benar-benar penting dalam hidup Anda. Berikan prioritas pada hal yang terpenting. Beri perhatian pada isteri atau suami dan anak-anak Anda.. Dan jangan lupa berikan pula waktu bagi Dia yang memelihara Anda. Jangan khawatir Anda akan tetap punya waktu untuk pekerjaan dan kesenangan Anda, karena hal-hal itu hanyalah kerikil dan pasir saja."

Rabu, 21 Juli 2010

Memaafkan

Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raga. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniyah namun juga jasmaniyah. Sebagai contoh, telah dibuktikan bahwa berdasarkan penelitian, gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress [tekanan jiwa], susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang ini.

Dalam bukunya, Forgive for Good [Maafkanlah demi Kebaikan], Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat pemaaf sebagai resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres. Menurut Dr. Luskin, kemarahan yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat teramati pada diri seseorang. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa:
Permasalahan tentang kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan adalah kita telah melihatnya menyetel ulang sistem pengatur suhu di dalam tubuh. Ketika Anda terbiasa dengan kemarahan tingkat rendah sepanjang waktu, Anda tidak menyadari seperti apa normal itu. Hal tersebut menyebabkan semacam aliran adrenalin yang membuat orang terbiasa. Hal itu membakar tubuh dan menjadikannya sulit berpikir jernih – memperburuk keadaan.

Sebuah tulisan berjudul "Forgiveness" [Memaafkan], yang diterbitkan Healing Current Magazine [Majalah Penyembuhan Masa Kini] edisi bulan September-Oktober 1996, menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau suatu peristiwa menimbulkan emosi negatif dalam diri orang, dan merusak keseimbangan emosional bahkan kesehatan jasmani mereka. Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa orang menyadari setelah beberapa saat bahwa kemarahan itu mengganggu mereka, dan kemudian berkeinginan memperbaiki kerusakan hubungan. Jadi, mereka mengambil langkah-langkah untuk memaafkan. Disebutkan pula bahwa, meskipun mereka tahan dengan segala hal itu, orang tidak ingin menghabiskan waktu-waktu berharga dari hidup mereka dalam kemarahan dan kegelisahan, dan lebih suka memaafkan diri mereka sendiri dan orang lain.

Semua penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Memaafkan, di sisi lain, meskipun terasa berat, terasa membahagiakan, satu bagian dari akhlak terpuji, yang menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan, dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin. Namun, tujuan sebenarnya dari memaafkan –sebagaimana segala sesuatu lainnya
Memaafkan, adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang

Para peneliti percaya bahwa pelepasan hormon stres, kebutuhan oksigen yang meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan kekentalan yang bertambah dari keeping-keping darah, yang memicu pembekuan darah menjelaskan bagaimana kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung. Ketika marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar, dan menyebabkan naiknya tekanan darah pada pembuluh nadi, dan oleh karenanya memperbesar kemungkinan terkena serangan jantung.
Memendam kemarahan, kebencian dan sakit hati hanya akan membuar otot tegang, kepala berdentum dan dagu sakit karena terlalu sering menggemeretukkan geraham. Sebaliknya, memaafkan akan mengembalikan tawa dan meringankan beban hidup.

Rabu, 07 Juli 2010

“MAKNA BERKAT BERKELIMPAHAN”

Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
(Lukas 12:15)

Ada pepatah yang menuturkan bahwa segala yang ada merupakan warisan dari anak cucu kita. Ungkapan ini ingin mengingatkan setiap manusia untuk tidak bersikap tamak dan lobak dalam hidupnya. Walaupun seseorang memiliki berkat yang berlipah ibarat harta yang berlimpah, kedudukan yang tinggi dan kuasa yang berpengaruh, namun hidupnya tidak tergantung dari semuanyan itu. Yesus mengatakan bahwa hidup bukan tergantung dari manakan dan minuman saja (hal-hal yang duniawi), namun hidup dari firman Allah (Matius 4:4). Ini berarti perlu adanya keseimbangan, supaya manusia tidak menjadi serakah dalam hidupnya. Firman Tuhan menyadarkan manusia agar jangan tergantung akan hal-hal duniawi yang dapat membuat manusia terperosok ke dalam ketamakannya.

Tuhan tidak melarang manusia untuk hidup berkelimpahan selama manusia menggunakannya kearah yang baik dan menjadi saluran berkat bagi orang lain. Jika demikian, apa makna berkat berkelimpahan? Dapat dibagikan dan dirasakan orang-orang lain. Rasul Paulus dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus mengatakan demikian: “Sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu” (II Korintus 6:10).

Dunia dengan kemegahannya mengajak setiap orang berlomba untuk meninggikan/menunjuk diri dengan kekayaannya. Sebagai orang yang sudah menerima sapaan firman Tuhan kita diajak untuk tidak turut dalam pamer diri dengan ketamakannya. Firman Tuuhan mengajak kita untuk tetap berjaga-jaga dan bersikap waspada terhadap rayuan dunia ini, karma hanya Tuhan saja yang patut ditinggikan. Sebab segala sesuatu yang ada di bumi ini adanya dari Dia. Manusia hanya diberikan hak pakai bukan sebagai hak milik sehingga manusia tidak selayaknya bersikap tamak, mengepiiotasi bumi dan segala yang terkandung di dalamnya untuk kepentingan diri dan sekelompok orang. Ada dua sikap agar kita tidak jatuh kepada sikap ketamakan, pertama, mau mendahulukan Tuhan (Matius 6:33), kedua, mau berbagi dengan orang lain. Sebab, walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari pada kekayaannya itu.

Kamis, 01 Juli 2010

KEMERDEKAAN DALAM KRISTUS AN MAKANAN PERSEMBAHAN BERHALA (1 Korintus 8:1-13; 10:14-33)

1. Berhala Bukan Allah
Alkitab berkata: "Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: 'tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa" (1 Kor. 8:4). Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "allah", baik di sorga, maupun di bumi dan memang benar ada banyak "allah" dan banyak "tuhan" yang demikian namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup (1 Kor. 8:5-7).

Berhala bukanlah Allah dan seharusnya tidak dijadikan objek penyembahan. Janganlah kita menjadi bodoh dan beranggapan bahwa patung kayu, batu ataupun emas memiliki kesadaran untuk menerima penyembahan serta berkemampuan untuk mendatangkan keuntungan bagi penyembah-penyembahnya (Mzm. 115:4-8; 135:15-18).

2. Berhala Tidak Dapat Merubah Makanan Persembahan
Di antara penyembah-penyembah berhala, baik pada abad pertama maupun saat ini, ada suatu konsep pemikiran bahwa makanan yang telah dipersembahkan kepada para dewa telah berubah menjadi pembawa berkat. Orang yang makan makanan itu akan memperoleh keuntungan, misalnya selalu sehat, usaha lancar, dilindungi dari mara bahaya dan sebagainya. Pokoknya selalu ada "hok khi" dan "peng an".

Alkitab mengajarkan bahwa berhala tidak dapat merubah makanan yang dipersembahkan kepadanya. Makanan itu tidak menjadi lebih berkhasiat ataupun menjadi rusak oleh karena dipersembahkan kepada berhala. Kalaupun ada perubahan rasa, itu hanya karena pengaruh panas api lilin yang terbakar dan terik matahari, bau dupa/kemenyan dan arak, serta debu-debu pembakaran yang menempel pada makanan. Berhala itu sendiri tidak membawa perubahan apapun pada makanan, misalnya semakin berkhasiat. Berkenaan dengan hal ini Alkitab berkata: "Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan." (1 Kor. 8:8).

3. Jangan Makan Makanan Itu Sebagai Makanan Persembahan Berhala
Tidak semua orang Kristen mempunyai pengetahuan yang benar mengenai berhala dan makanan yang dipersembahkan kepadanya. Ada orang Kristen, yang karena masih terikat oleh berhala-berhala, makan makanan itu sebagai makanan persembahan berhala (1 Kor. 8:7a). Hal ini tentu saja tidak berpadanan dengan iman Kristen.
Janganlah memakan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala sebagai makanan persembahan berhala. Itu tidak diperkenan oleh Allah. Hal ini bukan dikarenakan makanan itu haram, melainkan oleh dua sebab lainnya. Pertama, oleh karena hati nuraninya lemah maka hati nuraninya dinodai oleh hal itu (1 Kor. 8:7b). Orang semacam ini mungkin tidak mengharapkan apa-apa dari makanan itu. Tetapi karena konsep yang keliru, yaitu menganggapnya sebagai makanan persembahan berhala, maka sesudah makan makanan itu hati nuraninya dinodai dan tidak ada lagi damai sejahtera. Kedua, orang yang makan makanan itu sebagai makanan persembahan berhala dalam arti mengharapkan "khasiatnya" atau "berkat dari padanya", ia telah bersekutu dengan roh-roh jahat yang berada di belakang penyembahan berhala itu (1 Kor. 10:19-20). Oleh sebab itu, orang-orang Kristen baru yang berlatar belakang penyembahan berhala diperintahkan untuk tidak makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala (Kis. 15:29).

4. Makanlah Dengan Ucapan Syukur Kepada Allah
Ingatlah firman Tuhan: "Semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatupun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur, sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa" (1 Tim. 4:4-5). Jadi, mengucap-syukurlah atas segala makanan yang terhidang dan makanlah dengan hati yang bersyukur kepada Allah. Makanan yang dimakan dengan iman dan syukur itu dikuduskan oleh firman Allah dan doa.
Alkitab berkata: "Apabila kamu diundang makan oleh orang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan tanpa mengadakan pemeriksaaan karena keberatan-keberatan hati nurani." (1 Kor. 10:27) Kalaupun di dalamnya ada makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala, bila kita menerimanya dengan pemahaman yang sesuai firman Allah bahwa berhala tidak merubah makanan itu serta menaikan doa syukur kepada Allah untuk hidangan yang tersedia, maka semua makanan itu adalah kudus dan halal. Suatu makanan tidak menjadi haram bagi orang Kristen hanya karena makanan itu telah dipersembahkan kepada berhala (1 Kor. 8:8 ; 10:23). Tetapi janganlah kita makan sebagai makanan persembahan berhala, melainkan makanlah hidangan yang tersedia dengan mengarahkan hati yang bersyukur kepada Allah.

5. Jangan Menjadi Batu Sandungan Karena Makanan
Pada saat makan, kalau ada seorang saudara berkata kepada kita: "Itu persembahan berhala!", maka janganlah kita memakannya. Bukan karena makanan itu haram, bukan pula karena diri kita, melainkan karena orang itu dan keberatan-keberatan hati nuraninya (1 Kor. 10:27-29).

Kita harus mengontrol diri, supaya kebebasan kita tidak menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah (1 Kor. 8:9). Karena apabila kita makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala (dengan konsep yang benar) di depan saudara-saudara seiman yang lemah, maka mereka akan semakin dijatuhkan untuk makan makanan persembahan berhala itu (dengan konsep yang salah).

Apabila suatu makanan dapat menjadi batu sandungan bagi orang lain, lebih baik kita tidak makan makanan itu. Dengan demikian orang lain tidak akan jatuh oleh karena makanan yang kita makan. Kita patut meneladani rasul Paulus yang mengatakan, "Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku" (1 Kor. 8:13).

Prinsip rasul Paulus dalam 1 Korintus 10:23-24 dan 31 sangat baik untuk diteladani. Jika engkau makan, atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah itu dengan terlebih dahulu mempertimbangkan:
a. Apakah itu berguna? (1 Kor. 10:23a);
b. Apakah itu membangun? (1 Kor. 10:23b);
c. Apakah dengan itu engkau hanya memperhatikan kepentingan sendiri, atau memperhatikan kepentingan orang lain juga? (1 Kor. 10:24);
d. Apakah itu memuliakan Allah? (1 Kor. 10:31).

KESIMPULAN
Orang-orang percaya telah beroleh kemerdekaan yang sesungguhnya di dalam Kristus Yesus (Gal. 5:1). Kendatipun demikian, ia perlu mawas diri supaya kemerdekaannya itu tidak menjadi batu sandungan bagi saudara-saudara yang lemah. Dalam hal makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, ia harus memikirkan: apakah itu berguna, membangun, memperhatikan kepentingan orang lain juga, serta memuliakan Allah?

Rabu, 30 Juni 2010

HARAPAN YANG INDAH UNTUK KEHIDUPAN ANDA HARI INI!

Ada begitu banyak hal yang terjadi di dunia ini, di tingkat internasional, nasional, dan bahkan kehidupan pribadi. Pada dasarnya kejadian ini berada di luar kontrol manusia, dan kendali Anda. Pada tingkat politik tampak wakil-wakil rakyat kita telah lari dari tugasnya membela hak rakyat. Di tingkat Internasional, terjadi terorisme, dan konflik militer yang terus berlanjut. Dalam kehidupan pribadi Anda ada begitu banyak hal yang tidak dapat Anda kontrol. Perkawinan, anak-anak, penyakit, keuangan, keberuntungan, waktu, dll

Untuk semua tantangan jawabannya adalah sama. Itu sebabnya kita membutuhkan Juruselamat. Kemampuan kita tidak cukup mampu untuk menangani masalah kita sendiri. Kita tidak bisa menjadi tuhan untuk kita sendiri. Ini adalah kebohongan humanisme, dan budaya kita. Di atas semua itu kita membutuhkan Allah untuk membantu kita setiap hari. Hal yang indah adalah bahwa Dia adalah Bapa Surgawi kita yang mengasihi kita, dan kita memiliki hak istimewa untuk berhubungan dengan Dia dalam doa. Dia ingin membantu kita, dan itulah sebabnya Dia telah memberi kita pengharapan, yang adalah Roh Kudus.

Mengembangkan hubungan pribadi yang nyata dengan Yesus Kristus. Dia akan membantu Anda dalam setiap masalah yang Anda miliki. Hanya memintaNya. Memanggil nama-Nya. Ketika kita menjadi letih, kita dapat mengambil sayap seperti elang. Dia akan membantu kita dalam segala masalah kita. Ia akan mengurapi kita dengan Roh Kudus-Nya. Hidup Anda hari ini jauh lebih baik jika Anda berpengharapan padaNya. Dia akan mengirimkan kuasa-Nya, dan Anda akan mengambil sayap seperti elang. Jika kita telah berdosa dan kita meminta pengampunan, Dia akan mengampuni. Ada harapan untuk Anda. Dia memiliki rencana untuk Anda.Lihatlah kepada-Nya! Lihatlah kepada-Nya hari ini. Jika Anda meminta, Dia akan membantu dan memberi mulai sekarang. Apa kau tidak bisa merasakan kehadiran-Nya dalam diri anda sekarang? Serahkan kekuatiran anda, dan kegelisahan kepada-Nya. Dia akan membela Anda dan menjaga Anda. Tuhan itu baik. Allah sangat baik. Allah sangat baik untuk Anda! semuanya itu kita terima bukan karena perbuatan kita melainkan hanya karena kasih karunia dan anugerahNya. Itulah harapan yang indah buat kita pada hari ini.

Senin, 28 Juni 2010

35 Tahun HKBP Adiankoting: Timothy English Course Diresmikan

Bersorak-sorailah, hai orang-orang benar, dalam TUHAN! Sebab memuji-muji itu layak bagi orang-orang jujur (Mazmur 33:1). Demikianlah ungkapan yang dilantunkan oleh seluruh jemaat HKBP Resort Adiankoting pada acara Ulang Tahun ke-35 HKBP Resort Adiankoting pada Minggu IV setelah Trinitatis (27/06/2010). Sebelum acara dimulai, diadakan pengguntingan pita oleh Ibu Camat Adiankoting dan penarikan kain selubung peresmian Timothy English Course oleh Pendeta HKBP Resort Adiankoting, Pdt. Juanda Simanjuntak, STh. Kursus Bahasa Inggris untuk anak-anak ini sudah berjalan selama 2 tahun yang diprakarsai oleh Pdt. Juanda Simanjuntak, STh dan memiliki siswa sebanayak 68 orang. Dalam ibadah, jemaat dengan penuh sukacita datang beribadah memenuhi bangku-bangku gereja dan dengan hikmad mengikuti seluruh rangkaian acara. Usai acara Ibadah diadakan Acara lelang, kata-kata sambutan dan mangulosi.

HKBP Resort Adiankoting pada awalnya merupakan pagaran dari HKBP Resort Parsikkaman dan diresmikan menjadi Resort pada 27 Juni 1975 yang dipimpin oleh Pdt. Adian Lumbantobing, STh sebagai Pendeta Resort dengan pagarannya: HKBP Adiankoting Julu, HKBP Adiankoting Kota, HKBP Aek Matio Jae, HKBP Sukadame Sidari. Sampai saat ini HKBP Resort Adiankoting pernah dilayani 8 Pendeta, 16 Uluan/Guru Huria, 70 Sintua. Dalam perkembangannya berdasarkan statistik, HKBP Resort Adiankoting memiliki 350 KK.

Jumat, 25 Juni 2010

Tetap Tegar di Masa Sukar

Hidup ini sulit. Inilah realita yang kita alami sehari-hari. Setiap hari kita harus berjuang dengan lalu lintas yang makin macet, pekerjaan yang makin keras persaingannya, beban kebutuhan hidup keluarga yang makin membengkak. Gereja? Wah kadangkala justru pelayanan di gereja melahirkan banyak masalah dan konflik yang seperti duri tajam menusuk dan menyakitkan. Di luar kesulitan-kesulitan itu kita masih harus terbayang-bayangi dengan resiko terjadinya bencana alam, tertular penyakit-penyakit yang makin ganas, dan juga bahaya kejahatan yang makin variatif metodenya. Ibarat sebuah botol air, maka daya tampung dan daya tahan manusia dalam menghadapi kesulitan itu ada batasnya. Stress dan gangguan kejiwaan menjadi sahabat yang makin akrab dengan kehidupan manusia masa kini.

Kadangka juga ada orang-orang yang menyangkali realita sulitnya hidup ini. Kata-kata mereka senantiasa indah dan berbunga-bunga. Kadang-kadang juga dibungkus dengan kata-kata rohani, seolah-olah mengesankan iman yang kuat. "Tidak ada masalah di sini, yang ada hanya kesempatan. Tidak ada yang mustahil bagi anak-anak Tuhan," mungkin begitu kata mereka. Tentu, menyemangati orang lain untuk menjadi tangguh adalah pekerjaan yang mulia. Tetapi, tentu saja tidak boleh menyemangati orang dengan menutupi realita yang sebenarnya. Ibarat orang sakit kanker di kepalanya, kita tidak boleh menyemangatinya dengan berkata," Tenang, hanya sakit kepala biasa. Pasti akan sembuh." Masalahnya sekarang adalah bagaimana supaya kita tetap tegar di masa sukar? Saya ingin memaparkan tiga langkah untuk menjadi tegar di masa yang sukar.

Langkah pertama untuk menjadi tegar di masa sukar adalah mengakui bahwa saat ini kita berada di masa sukar. Tidak menyangkali, tidak menutup-nutupi kenyataan betapa sukarnya hidup ini. Rasul Petrus dalam suratnya yang pertama justru berbicara dengan lugas tentang penderitaan-penderitaan yang akan terjadi di dalam kehidupan umat Tuhan. Kepada umat Tuhan yang terpaksa tersebar karena penganiayaan, Rasul Petrus menyadari betapa keras dan sulitnya hidup mereka. Umat Tuhan saat itu mengalami kesulitan untuk menggapai hidup yang sejahtera, karena mereka ada pendatang yang terpaksa berkelana dengan bekal yang terbatas. Bukan hanya itu saja, mereka juga harus menanggung beban penderitaan tambahan karena identitas mereka sebagai umat Tuhan. Terhadap kenyataan seperti ini, Rasul Petrus tidak menyalahkan mereka. Ia tidak mendakwa umat yang mengalami kesulitan itu sebagai orang yang telah berbuat dosa besar, atau kekurangan iman. Rasul Petrus bahkan mengatakan," … sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia … " ( 1Petrus 3:14). Terimalah kenyataan bahwa kehidupan ini makin lama, makin terasa sukar dengan meningkatnya kebutuhan hidup. Jangan membanding-bandingkan dengan masa lalu yang lebih baik, apabila pembandingan tersebut hanya akan menambah beban hidup kita di masa kini.

Langkah kedua untuk menjadi tegar di masa sukar adalah mengevaluasi dan memperbaiki bagaimana cara kita menjalani hidup ini. Setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan hidup ini menjadi sulit. Faktor pertama adalah penderitaan kosmis yang dialami oleh semua manusia di dunia karena kejatuhan manusia pertama di dalam dosa. Kitab kejadian mengisahkan akibat kejatuhan Adam dan Hawa maka tanah pun menjadi terkutuk, dan menghasilkan semak dan rumput duri (Kej 3:18). Dalam perkembangan sejarah selanjutnya justru manusia memperparah lingkungannya melalui penggundulan hutan dan pencemaran lingkungan. Semua hal ini menciptakan penderitaan kosmis yang menimpa semua manusia di dunia, termasuk orang percaya. Misalnya, banjir tentu akan menggenangi rumah-rumah tanpa pernah bisa membedakan maka rumah umat Tuhan dan bukan. Gereja pun bisa kebanjiran. Ini adalah ciri penderitaan kosmis : menimpa siapa saja dan kapan saja. Oleh karena itu, kesulitan hidup akibat penderitaan kosmis tidak dapat terhindakan secara total, dan hanya dapat diterima dengan hati yang tabah.

Faktor yang kedua yang menyebabkan hidup menjadi sulit adalah penderitaan akibat perilaku orang lain. Rasul Petrus menuliskan," … Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik? Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga …" (1Pet 3:13-14). Tersirat di sini adanya kemungkinan kita sudah menjalani hidup ini dengan baik, tetapi ada orang-orang tertentu yang berbuat jahat terhadap diri kita. Misalnya, ada orang yang menipu usaha kita sehingga menimbulkan kesulitan. Begitu juga penderitaan yang harus kita tanggung karena kita adalah umat Tuhan. Terhadap umat yang harus menanggung penderitaan karena nama Tuhan, rasul Petrus memberi nasehat,"… jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah …" (1Petrus 4:16). Penderitaan akibat perilaku orang lain kadangkala dapat kita hindarkan dengan pola hidup yang hati-hati dan cermat. Sikap hati-hati dan cermat akan meloloskan kita dari penipuan orang atau menjadi korban kejahatan. Tetapi, kadangkala kita juga tidak dapat menghindarkan diri dari penderitaan akibat perilaku orang lain. Misalnya, kecerobohan orang lain menyebabkan kita terluka karena kecelakaan lalu lintas, atau juga kecelakaan di tempat kerja.

Faktor ketiga yang menyebabkan hidup ini menjadi sulit adalah penderitaan akibat kesalahan kita sendiri. Setiap kesalahan tentu mempunyai konsekuensinya. Tidak jarang konsekuensi dari kesalahan kita sendiri menjatuhkan diri kita pada jurang penderitaan hidup. Rasul Petrus pernah menulis," Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat atau pengacau." (1Petrus 4:15). Kesulitan hidup ini sudah terlampau banyak dan jangan ditambahi dengan kesulitan yang tidak perlu: kesulitan yang lahir akibat kesalahan diri kita sendiri.

Apakah Anda saat ini sedang mengalami masa sulit? Coba Anda mengambil waktu sejenak untuk mengevaluasi hidup Anda. Apakah masa sulit ini akibat penderitaan kosmis? Akibat perilaku orang lain? Atau sebenarnya akibat kesalahan Anda sendiri? Kalau ternyata kesulitan ini adalah akibat kesalahan orang lain, maka perbaikilah pola hidup Anda. Terimalah tanggung jawab atas kesalahan Anda, dan mulailah menjalani hidup dengan lebih bertanggung jawab. Anda akan menjadi lebih tegar di masa sukar.

Langkah ketiga untuk tetap tegar di masa sukar adalah mengembangkan hubungan yang akrab dan hangat dengan Allah. Rasul Petrus menegaskan hal ini dalam 1Petrus 5:10 "Dan Allah, sumber segala kasih karunia yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan memperlengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu …" Ternyata Allah tidak berpangku tangan ketika kita harus melewati masa-masa yang sulit dalam kehidupan ini. Allah terus bekerja di dalam diri kita. Rasul Petrus menegaskan hal ini dengan menggunakan empat kata : memperlengkapi, meneguhkan, menguatkan, dan mengokohkan. Ini berarti Allah memandang serius kesulitan hidup yang kita jalani. Allah ingin akan kita menjadi tegar di masa sukar. Tetapi, bagaimana kita dapat merasakan pekerjaan Tuhan yang memberikan topangan dan kekuatan itu? Tentu hanya melalui hubungan yang akrab dan hangat dengan Allah. Kita dapat memiliki hubungan yang akrab dan hangat dengan Allah melalui doa, pujian, pembacaan dan melakukan firman Tuhan. Bukan sekedar rutinitas, tetapi muncul dari hati yang mencintai Allah. Semakin kita membina hubungan yang akrab dan hangat dengan Allah, maka semakin tegar pulalah kita di masa yang sukar ini.

Selasa, 22 Juni 2010

Pengkhotbah 3:16-22

Minggu IV Setelah Trinitatis
Minggu, 27 Juni 2010

“TIDAK ADA KELEBIHAN”

Pendahuluan

Jika Anda ingin disukai orang lain, janganlah membohongi diri sendiri dan berhati-hatilah saat menceritakan kebenaran tentang orang lain”. Seorang pengkhotbah suatu kali sengaja menguji jemaatnya memberitahu bahwa minggu depan ia berkhotbah tentang dosa kebohongan. Ia berpesan, “Untuk membantu Anda memahaminya saya ingin Anda semua membaca Markus pasal 17.” Pada minggu berikutnya, ketika bersiap menyampaikan khotbahnya, ia berkata, ”Saya ingin tahu berapa banyak di antara Anda telah membaca Markus pasal 17.” Semua orang mengacungkan jarinya. Pengkhotbah itu tersenyum dan berkata, ”Markus hanya memiliki 16 pasal. Sekarang saya akan memulai khotbah saya tentang kebohongan.

Itu adalah sedikit gambaran manusia yang penuh dengan kebohongan, tepatlah sebuah perkataan yang mengatakan, “Kupaslah atau garuklah kulit seorang Kristen, maka yang anda peroleh di bawah kulit yang tipis itu adalah seorang kafir”. Maksudnya adalah kekristenan itu sesungguhnya hanya setipis kulit. Bentur dia, gores dia, lukai dia, maka kulit itu akan rusak dan hancur. Kekristenan kita hanya setipis kulit yang melekat di dalam tubuh kita ini. Hanya sekedar pembungkus, pelapis semua kebusukan yang ada di dalamnya. Dari luar kelihatan bersih, mulus, tetapi di dalam begitu busuknya dan buruknya sifat dan perilakunya. Bentur dia, gores dia, lukai dia, maka kulitnya akan hancur dan kelihatanlah aslinya. Tidak ada bedanya denga orang lain yang tidak mengenal Kristus. Gelap tidak bisa diusir dengan gelap. Hanya oleh terang. Kebencianpun hanya dapat diusir dengan kasih, bukan dengan kebencian. Kebencian itu menyiksa dan menghancurkan. Menyiksa diri sendiri dan menghancurkan orang lain.


Penjelasan Teks

Buku Pengkhotbah ini berisi pemikiran yang merenungkan secara dalam betapa singkatnya hidup manusia itu yang penuh pertentangan, ketidakadilan, dan hal-hal yang sulit dimengerti. Maka disimpulkannya hidup ini sia-sia, seolah-olah tidak mengerti dengan maksud dan tindakan Allah dalam menentukan nasib manusia. Tetapi meskipun demikian dinasehatinya orang-orang untuk bekerja dengan giat dan untuk sebanyak mungkin dan selama mungkin menikmati pemberian-pemberian Allah. Kebanyakan pemikiran itu bernada sumbang bahkan putus asa.

Tetapi kenyataannya pemikiran ini menghasilkan keluasan berpikir untuk memepertimbangkan keragu-raguan dan keputusasaan dan bahkan bisa terhibur karena kita bisa melihat benar-benar sifat kita mengena dengan pemikiran tersebut dan pemikiran tersebut sebenarnya juga memberikan harapan tentang Allah harapan yang memberi arti kehidupan yang sebenarnya. Di ayat 16, ia menunjuk kepada suatu kenyataan pengalaman yang dilihatnya. Ditempat dimana dilakukan peradilan tiada terjadi sesuatu selain penyimpangan dari hukum. Di tempat di mana patut dijalankan keadilan, tapi hanya haus kekuasaan. Justru yang sebaliknya terjadi,.raja yang memegang kekuasaan yudikatif tertinggi menetapkan ketidakberesan. Sebagai kesimpulan penyelidikannya. Tiada hal yang baru di bawah matahari.
Pada ayat 17, ia memberikan pemikiran tentang Allah yang tidak segera mengadili setiap pelaku ketidak adilan. Tetapi sekalipun peradilan Allah tidak dalam segala hal segera tampak bagi kita, tiap perbuatan manusia harus mengalami penilaian Allah dan hal itu terjadi pada waktunya sendiri. Ada terkandung hiburan bagi mereka yang mengalami ketidakadilan namun bukanlah itu yang terpenting. Yang diutamakan adalah bahwa dalam segala usaha manusia tiada nilai tetap. Bahwa Allah pada waktunya akan mengadili tiap perbuatan manusia. Pada ayat 18 Pengkhotbah kembali menekankan walaupun hukum tiada segera tampak di dunia ini, dalam hal ini Allah ingin mengetahui bagaiman sikap manusia di tengah-tengah ketidakadilan. Apakah apabila ketidakadilan tidak segera dihukum manusia tetap bersedia menjalankan hukum, karena hukum harus tetap dijalankan.

Pada ayat 19 Pengkhotbah begitu keras mengatakan manusia itu sama dengan hewan, sama-sama mengalami nasib yang sama, keduanya menjadi mangsa kematian, mereka mempunyai satu nafas yang sama atau roh hidup. Semua manusia dan semua hewanti dak mempunyai hidup yang tetap. Mereka akan menuju ke suatu tempat yakni debu yang daripadanya mereka diciptakan oleh khalik bumi dan langit (ayat 20). Oleh karena itu, tiada sesuatu yang lebih baik bagi manusia daripada bergembira dalam pekerjaannya, karena hal itu adalah bagiannya. Tidak ada nilai tetap yang memberi kesenangan dalam jerih payah manusia. Allah akan sungguh mengadili pada waktunya tetapi hukum itu mungkin akan timbul jauh sesudah hidupnya.


Refleksi

Dalam perikop ini, Pengkhotbah menegaskan bagaimana kita semua harus percaya Tuhan. Allah telah mendunia, memanusia, merangkum seluruh dunia dalam pelukannya, melintasi batas dunia, menembus batas-batas budaya, seluruh umat manusia diterima Allah siapa saja, di mana saja, Dia melampaui batas-batas aliran dan denominasi, menghancukan ekslusivisme, Dia adalah hadiah bagi semua orang ketika Dia ingat dan prihatin akan dunia. Dia mempetaruhkan segala sesuatu termasuk diri-Nya untuk menawarkan dan mewujudkan kesukaan bagi dunia. Dia menyatakan solidaritasnya yang penuh terhadap penderitaan manusia. Dia mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dia tidak menyembunyikan fakta walaupaun manusia menolaknya, Dia menerima manusia dan melepaskan manusia dari topeng-topeng kepalsuan, yang hanya terpikat pada sesuatu yang besar, tinggi dan banyak. Pada hal jutru disitulah manusia banyak tertipu. Dia mengajak kita untuk mencintai yang kecil, lemah, dan sederhana. Mengajak kita untuk menukik sampai ke inti.
Dia telah menghadirkan kita di dunia ini dalam sebuah persekutuan yang aman, tenteram,dan penuh kedamaian, suatu tempat untuk bernaung yang nyaman dan menyenagkan, Ibarat sebuah pohon beringin yang rindang dan kokoh yang melindungi kita dari sengatan matahari siang yang membakar di tengah kegelisahan dan kelelahan hidup. Dia hidup dalam persekutuan yang senantiasa bergerak yang senantiasa mencari. Dia melihat semuanya ciptaan-Nya berkembang dan bertumbuh.

Kenapa manusia harus diadili dan mati? Karena manusia hanya merasa hadir untuk dirinya sendiri, menjadi ekslusif, berpikir tentang ketenteraman sendiri. Manusia diciptakan Tuhan bukan untuk berhura-hura, melarikan diri dari kesulitan dunia. Bukan untuk mencari kuasa, mencari laba, kenikmatan. Manusia ada di dalam dunia tidak di awan-awan atau surga. Di dunia menjadi berkat bagi semua orang. Kebebasannya terletak pada ketaatan, kemuliaannya terletak pada kerendahan hati yang kemenangannya terletak pada kekalahan. Hidup yang tidak menghitung untung dan rugi, tetapi hidup yang hanya ingin memberi dan memberi. Untuk meyatakan kehendak Allah dan ketaatan. Untuk menyatakan penghakiman Allah dan pertobatan manusia.

Senin, 14 Juni 2010

MAZMUR 104 :14

"ENGKAU yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia, yang mengeluarkan makanan dari dalam tanah

Ishak dan orang Filistin sama-sama menabur benih. Teknologi pertanian yang dikuasai Ishak mungkin biasa-biasa saja. Ishak mengusahakan tanah yang sama dengan orang Filistin, bahkan mungkin tanahnya tanah sewaan saja mengingat dia pengungsi. Rahasianya hasil maksimal yang dicapai Ishak adalah TUHAN yang menumbuhkan benih itu. Usaha Ishak disertai iman sehingga diberkati TUHAN. Sedangkan orang Filistin hanya berusaha tanpa penyertaan TUHAN sehingga tak memperoleh hasil sebanyak yang diperoleh Ishak.

Gambaran di atas menguatkan kita bahwa apapun yang terjadi di dalam hidup kita, TUHAN mampu campur tangan terhadap hal-hal buruk yang kita alami dan menurunkan berkat-NYA bagi kita. Seperti Ishak yang mulanya tidak punya apa-apa di Gerar, usahanya diberkati TUHAN, demikian pula segala usaha kita akan berhasil karena TUHAN selalu merencanakan yang terbaik dalam hidup orang beriman.

Selasa, 01 Juni 2010

Roma 4:21b

Ada Pepatah dalam bahasa Indonesia yang mengatakan bahwa janji itu adalah utang. Janji mesti dilunasi, dibayar sebesar apa yang dijanjikan. Apabila tidak dibayar maka janji itu akan menjadi utang sampai janji itu dilunasi dan direalisasikan. Oleh sebab itu jangan mudah mengungkapkan janji apabila janji itu tidak dapat dilaksanakan, agar janji itu tidak hanya menjadi janji.

Dalam Perjanjian Lama kita melihat janji Allah kepada Abraham, Isak dan Yakub. Allah akan menjadikan keturunan mereka menjadi bangsa yang besar dan kuat asalkan di dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Allah. Keluarnya bangsa Isral dari Mesir menggambarkan bagimana Allah membimbing bangsaNya dengan janjiNya. Allah membawa Bangsa Israel ke masuk ke tanah perjanjian. Allah juga membebaskan bangsa itu dari tekanan-tekanan baik dari dalam maupun luar.

Dalam Perjanjian Baru, penggenapan janji Allah di PL dilaksanakan dengan memberikan AnakNya Yesus Kristus untuk membebaskan manusia dari kegelapan dunia ini. Disini kita melihat bagaimana Allah memiliki kekuatan untuk menggenapi janjiNya atas ciptaanNya secara universal.

Dari sini kita belajar untuk menghargai perbuatan Allah terhadap dunia ciptaanNya. Kita juga layak berjanji kepada Tuhan dengan ucapan syukur bahwa kita akan memperbaiki alam ciptaannya. Janji yang kita ucapkan terhadap sesama dan alam ciptaan Tuhan, baik melalui kampanye-kampanye jangan hanya menjadi janji isapan jempol belaka untuk menarik perhatian orang terhadap kepentingan kita. Janji adalah utang dan lunasilah sebelum utang itu membawa ketidak harmonisan dalam kehidupan.

Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Dia janjikan.

Rabu, 19 Mei 2010

Kasih

KASIH ADALAH SESUATU YANG TIDAK HANYA DIDIFINISIKAN.NAMUN KASIH HARUS DIWUJUDNYATAKAN. ORANG YANG HANYA BERTEORI TENTANG KASIH ADALAH PEMBUAL BESAR. TETAPI ORANG YANG MEREALISASIKAN KASIH ADALAH ORANG YANG BERPENGARUH BESAR DALAM KEHIDUPANNYA

Selasa, 11 Mei 2010

Jadilah Tenang

“Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.” 1 Petrus 4:7
Ketenangan adalah sebuah kunci. sama saat kita sedang berenang, bukan hanya kemampuan berenang dan pernapasan yang harus kita kuasain, tetapi ketenangan dalam air. Karena dalam ketenangan itu kita dapat bergerak dan bernafas secara teratur. Begitu juga dalam menjalani hari-hari ini, ketenangan adalah kunci, untuk kita bisa melihat, merasakan, berfikir dan melangkah dengan tepat dan teratur. Jika hati dan pikiran kita dibendung emosi akhirnya suara Tuhan nggak kedengaran, tertutup sama ego kita dan justru malah kita dengerin suara iblis. Karena saat kita menguasai diri dan menjadi tenang, saat itulah Tuhan akan berbicara dan memberikan jawaban atas semua masalah dalam hidup kita.
Secepat dan setepat apapun langkah yang kita ambil, jika berdasarkan emosi sesaat dan negative thinking, percaya deh nggak bakalan bener. Pasti ada-ada aja masalah yang akan ditimbulkan, dan selalu berujung penyesalan. Nggak ada hasilnya dan cenderung merugikan.

Rasul Petrus mengingatkan kita agar tetap tenang dalam menghadapi hidup ini dan jangan lupa, tetap berdoa. Doa adalah nafas hidup orang percaya.

Senin, 10 Mei 2010

Berdoa dan mengucap syukurlah


Berdoa dan mengucap syukurlah bila Tuhan menjawab doa mu.
Karena Ia menyertai mu. Berdoa dan mengucap syukurlah bila Tuhan memberi mu damai sejahtera-Nya.
Karena Ia menghibur dan mengajari mu melangkah hari demi hari yang berat.

Berdoa dan mengucap syukurlah walaupun beban mu berat.
Karena Ia mengajari merasakan dan meringankan beban sesama mu.

Berdoa dan mengucap syukurlah walaupun engkau merasa Ia tidak dekat lagi.
Karena Ia melihat kesetiaan, keteguhan dan Ia tidak pernah meninggalkan mu.

Berdoa dan mengucap syukurlah walaupun segala sesuatu berada diluar rencana mu.
Karena Ia sedang mengajari mu berjalan dalam rencana-Nya.

Berdoa dan mengucap syukurlah walaupun engkau difitnah dan dihina.
Karena Ia sedang mengajari merendahkan diri dan memaafkan sesama mu.

Berdoa dan mengucap syukurlah bila Tuhan menegur mu.
Karena Ia mengajar dan menegur orang yang dikasihi-Nya.

Tetaplah berdoa dan mengucap syukur kepada Tuhan.
Karena Ia menyertai dan mengajari seumur hidup mu.

Jumat, 07 Mei 2010

Risensi Buku

"Skandal Korupsi" di Lingkungan Gereja

Judul Buku : Gereja Dan Penegakan HAM
Penulis : George Junius Aditjondro, dkk
Penerbit : Kanisius,Yogyakarta
Cetakan : Pertama, 2009
Tebal : 251 halaman
Harga : 29.000

Peresensi : Ahmad Hasan MS*)

Korupsi merupakan salah satu bentuk kejahatan kemanusiaan yang bertentangan dengan prinsip Hak Asasi Manusia (HAM). Virus maha dahsyat ini bisa menjangkit siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Oleh karenanya, Ia tidak mengenal latar belakang Suku, Agama, Ras Dan Aliran(SARA). Berbagai data dan fakta di lapangan membuktikan betapa korupsi meruntuhkan nilai-nilai hak asasi manusia(Human Right) secara universal. Tidak salah bila Kwik Kian Gie(2005) mengatakan korupsi adalah akar semua masalah. Itulah sebabnya, butuh sebuah cara pandang (platform) yang sama dari siapa saja dengan menempatkan korupsi sebagai masalah bersama (common enemi).

Buku “ Gereja dan Penegakan HAM” berusaha membahas secara komprehensif ihwal berbagai fakta pelanggaran yang terjadi di lingkungan gereja. Buku ini ditulis oleh beberapa penulis yang concern terhadap pentingnya penegakan HAM. Bagi George Junus Aditjondro(2008)-salah seorang aktifis yang kritis terhadap persoalan korupsi dan HAM- gereja sebagai komunitas orang-orang suci tidak sepenuhnya luput dari praktek korupsi. Pihak pengelola gereja justru kerap melakukan praktek korupsi dengan menyalahgunaan wewenang dan jabatan tertentu seperti manipulasi bantuan Jema’ah dan lain sebagainya.

Kasus manipulasi bantuan Jema’ah-Jema’ah Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) untuk para korban tsunami di Aceh dan Nias pada akhir 2005 adalah salah satu contohnya. Menurut Investigasi BPKP GKST pada 12 Desember 2005, hasil sumbangan 61 jema’ah GKST yang diperuntukkan untuk para korban Tsunami dan Nias telah terkumpul sebanyak Rp 27.538.450. Namun, pengelola gereja di bawah Majlis Sinode (MS) GKST di Tentena sebagai pihak yang diserahi jema’ah malahan tidak menggunakan amanah itu sebagaimana mestinya. Sejumlah 24,5 dari dana bantuan Jema’ah “dipinjam” oleh MS GKST, sedangkan sisanya berada di tangan Bagian Keuangan Badan Pekerja Sinode (BPS)GKST (BPKP GKST 2005).

Menurut Junus, kasus yang sama juga dilakukan MS GKST terhadap bantuan untuk korban bom di Pasar Tentena,yang berjumlah sebesar Rp 338 juta lebih. Dari jumlah bantuan itu, hanya Rp 162 juta lebih yang dimanfaatkan untuk kepentingan para korban, tapi Rp 25 juta lagi-lagi “dipinjam” oleh MS GKST. Bagi Junus, kebijakan seperti ini jelas tidak etis karena “merampas” hak para korban bom di Pasar Tentana.

Kasus manipulasi bantuan Jema’at yang cukup besar juga terjadi pada Yayasan Peduli Kasih Hurian Kristen Batak Protestan (YPK HKBP) pada tahun 2007 yang lalu. Berdasarkan analisis Junus, YPK HKBP telah menyalahgunakan dana bantuan Tsunami untuk ratusan anggota Jema’at HKBP di Meulaboh, Aceh Barat sebesar satu milyar lebih atau tepatnya Rp 1.058.228.513. Dana itu berasal dari bantuan dermawan-dermawan di luar negeri serta kolekte (persembahan) Jema’at-Jema’at HKBP se-indonesia yang total seluruhnya sebesar Rp 10.792.529.725 yang dihimpun oleh Yayasan Peduli Kasih HKBP sendiri. Fakta ini terkuak dalam laporan hasil audit dana bantuan kemanusiaan untuk bencana alam Tsunami No. 12/BA/VIII/HKBP/2007 yang ditandatangani oleh Ketua Badan Audit HKBP, Djawakin Sihotang, dan ditunjukkan kepada Majlis Pekerja Sinode (MPS) HKBP tertanggal 24 Agustus 2007( Batak Pos, 16,17,19 November 2007).

Fakta ini bagi Junus merupakan ironi organisasi gereja yang lupa dengan pesan Yesus untuk mengasihi sesama manusia. Para pengelola gereja terjebak dengan nafsu keserakahan pada uang dan kekuasaan. Pada hal, uang dan kekuasaan seharusnya digunakan untuk membantu sesama manusia tanpa memandang Suku, Agama, Ras dan Aliran. Tidak salah bila Lord Acton mengatakan , power corrupts, and absolute power corrupts absolutely. Bahwasanya semakin mutlak kekuasaan semakin besar pula kesempatan korupsi.

Maka dari itu, bagi Yunus sudah saatnya seluruh pengelolaan dana dan inventaris gereja dikelola secara transparan agar gereja terhindar dari penyakit korupsi yang sudah sedemikian mewabah di “Republik Mimpi” ini. Pendeta sebagai pimpinan gereja dan publik figur juga perlu melakukan transparansi kekayaan dalam rangka memberi contoh positif kepada Jema’ah agar senantiasa bertanggung jawab terhadap dan memiliki jiwa amanah.

JB Banawiratma, menambahkan bahwasanya gereja sudah seharusnya melakukan reffleksi kritis terhadap penegakan HAM. Masalah korupsi merupakan salah satu kejahatan hak asasi manusia yang harus diberantas siapapun. Korupsi mencederai manusia sebagai citra tuhan(Imago Dei). Citra tuhan senantiasa menebarkan cinta kasih sayang terhadap seluruh alam semesta( Seruan Rasul Paulus dalam Galatia 5:3).

Buku ini memberikan deskripsi dan analisis tentang fakta pelanggaran HAM, khususnya yang terjadi di gereja. Kelebihan buku ini terletak dari kemampuan meracik data dan fakta dari para penulis dalam melakukan analisis yang sedemikian tajam dan aktual. Meski demikian bukan berarti tanpa kelemahan. Buku ini terkesan njlimet dan sulit dipahami masyarakat awan karena banyak menggunakan bahasa ilmiah dan Yunani. Akan tetapi, kejlimetan buku ini tidak mengurangi kwalitas isi pembahasanya yang yang sarat dengan data dan fakta. Sebuah buku yang menghadirkan spirit ketuhanan berbasis kemanusiaan secara universal.

*) Peresensi Adalah Pustakawan dan Peneliti pada Central For Studies Of Religion and Culture (CSRC)

Senin, 03 Mei 2010

APAKAH GUBUKMU TERBAKAR?

Allah turut bekerja dalam segala sesuatu , doa.

Satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan sebuah kapal terdampar di pulau yang kecil dan tak berpenghuni. Pria ini segera berdoa supaya Tuhan menyelematkannya, dan setiap hari dia mengamati langit mengharapkan pertolongan, tetapi tidak ada sesuatupun yang datang.

Dengan capainya, akhirnya dia berhasil membangun gubuk kecil dari kayu apung untuk melindungi dirinya dari cuaca, dan untuk menyimpan beberapa barang yang masih dia punyai.

Tetapi suatu hari, setelah dia pergi mencari makan, dia kembali ke gubuknya dan mendapati gubuk kecil itu terbakar, asapnya mengepul ke langit. Dan yang paling parah, hilanglah semuanya.

Dia sedih dan marah. "Tuhan, teganya Engkau melakukan ini padaku?" dia menangis. Pagi- pagi keesokan harinya, dia terbangun oleh suara kapal yang mendekati pulau itu. Kapal itu datang untuk menyelamatkannya.

"Bagaimana kamu tahu bahwa aku di sini?" tanya pria itu kepada penyelamatnya.

"Kami melihat tanda asapmu", jawab mereka.

Mudah sekali untuk menyerah ketika keadaan menjadi buruk. Tetapi kita tidak boleh goyah, karena Tuhan bekerja di dalam hidup kita, juga ketika kita dalam kesakitan dan kesusahan. Ingatlah, ketika gubukmu terbakar, mungkin itu "tanda asap" bagi kuasa Tuhan. Ketika ada kejadian negatif terjadi, kita harus berkata pada diri kita sendiri bahwa Tuhan pasti mempunyai jawaban yang positif untuk kejadian tersebut.

Kamu berkata, "Itu tidak mungkin."
Tuhan berkata, "Tidak ada hal yang tidak mungkin." (Lukas 18:27)

Kamu berkata, "aku terlalu capai."
Tuhan berkata, "Aku akan memberikan kelegaan padamu." (Matius 11:28)

Kamu berkata, "Tidak ada seorangpun yang mencintai aku."
Tuhan berkata, "Aku mencintaimu." (Yohanes 3:16-Yohanes 13:34)

Kamu berkata, "Aku tidak bisa meneruskan."
Tuhan berkata, "Kasih karuniaKu cukup." (2 Korintus 12:9 - Mazmur 91:15)

Kamu berkata, "Aku tidak mengerti."
Tuhan berkata, "Aku akan menuntun langkah-langkahmu." (Amsal 3:5-6)

Kamu berkata, "Aku tidak bisa melakukannya."
Tuhan berkata, "Kamu bisa melakukan semuanya." (Filipi 4:13)

Kamu berkata, "Ini tidak berharga."
Tuhan berkata, "Itu akan berharga." (Roma 8:28)

Kamu berkata, "Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri."
Tuhan berkata, "Aku memaafkanmu." (1 Yohanes 1:9-Roma 8:1)

Kamu berkata, "Aku tidak bisa mengatasi."
Tuhan berkata, "Aku akan menyediakan kebutuhanmu." (Filipi 4:19)

Kamu berkata, "Aku takut."
Tuhan berkata, "Aku tidak memberikan padamu roh ketakutan." (II Timotius 1:7)

Kamu berkata, "Aku selalu kuatir dan frustasi."
Tuhan berkata, "Serahkan segala kekuatiranmu kepadaku." (I Petrus 5:7)

Kamu berkata, "Aku tidak mempunyai iman yang kuat."
Tuhan berkata, "Aku memberi setiap orang iman menurut ukurannya." (Roma 12:3)

Kamu berkata, "Aku tidak pandai."
Tuhan berkata, "Aku memberikan padamu hikmat." (I Korintus 1:30)

Kamu berkata, "Aku merasa aku sendirian."
Tuhan berkata, "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu atau membiarkanmu." (Ibrani 13:5)

Wartakanlah ini pada siapa yang membutuhkan, Saya percaya ada saat-saat di mana kita merasa "gubuk" kita terbakar. (Anonim)
 

Selasa, 27 April 2010

Penerimaan Mahasiswa Baru STT HKBP Pematangsiantar 2010

SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN
HKBP THEOLOGICAL SEMINARY
THEOLOGISCHE HOCHSCHULE DER HKBP
STT HKBP)
____________________________________________________________________
PENGUMUMAN
No. : 252/A.16/AK-STT/2010

Sekolah Tinggi Theologia HKBP menerima mahasiswa baru tahun akademi 2010/2011, untuk
I. Program Studi :
1. Sarjana Teologi (S.Th/S1).
2. Master of Divinity (M.Div).
3. Magister Teologi (M.Th/S2).
4. Doktor Teologi (Dr/S3).

II. Pendaftaran :
1. S1 Teologi dan M.Div, tgl. 3 Mei-28 Juni 2010.
2. S2 dan S3 Teologi, tgl. 1 September-2 Oktober 2010.

III. Ujian Masuk :
1. S1 Teologi dan M.Div, tgl. 29 Juni-3 Juli 2010.
2. S2 dan S3 Teologi, tgl. 4-7 Oktober 2010.

IV. Bidang Yang Diuji :
1. S1 Teologi dan M.Div :
1. Pengetahuan Umum
2. PIA (PL dan PB)
3. Bahasa Indonesia
4. Bahasa Inggris
5. Psikotest
6. Wawancara
7. S2 dan S3 Teologi : Diatur tersendiri.

V. Persyaratan :
1. S1 Teologi :
1. Ijazah SMU/sederajat (asli dan 4 lembar fotocopy dilegalisir)
2. Akte lahir catatan sipil (asli dan 4 lembar fotocopy dilegalisir)
3. Surat keanggotaan Gereja (berisi keterangan lahir, baptis dan sidi : 4 lbr).
4. Surat rekomendasi Pendeta Ressort dan Pucuk Pimpinan Gereja calon yang dikirim langsung oleh pemberi  rekomendasi kepada Ketua STT HKBP (copy 4 lbr).
5. Surat keterangan sehat dari RS. HKBP di Balige.
6. Pasfoto terbaru hitam putih 2×3, 3×4, 4×6 (@: 6 lbr).
7. Surat catatan kepolisian (setelah lulus)
8. Daftar riwayat hidup (setelah lulus).
9. Pernyataan sanggup membiayai pendidikan (setelah lulus).
10. M.Div, S2 dan S3 Teologi : Diatur tersendiri.

Untuk informasi Biaya dan Keterangan lebih lanjut, hubungi :
1. STT HKBP, Jl. Sangnawaluh No. 6 P.Siantar. tlp. 0622. 7550593, fax. 0622.7551406.
2. Pendeta Ressort/Praeses tiap-tiap distrik.

Demikian diumumkan untuk dimaklumi.
Pematangsiantar, 5 Maret 2010
Menyetujui                                                         Sekolah Tinggi Theologia HKBP
Ephorus HKBP                                                  Ketua,

Pdt. Dr. Bonar Napitupulu                                  Pdt. Dr. Darwin Lumbantobing

Jumat, 23 April 2010

Kasih Tuhan Seperti Kran Air

Banyak orang berpikir bahwa Tuhan itu tidak adil dalam kehidupannya. Apakah benar demikian? Jawabnya tidak! Kasih Tuhan sangat dekan dan selalu ada buat semua ciptaanNya. Kasih Tuhan dapat diibaratkan seperti Kran air. Seperti kran air yang ditutup, airnya tidak hilang atau habis. Namun tetap ada menunggu sampai krannya dibuka kembali.

Demikian dengan kasih Tuhan. Disaat kita menutup diri dan hati kita buat Tuhan karena banyaknya pergumulan dan beratnya beban hidup yang kita hadapi, Tuhan tidak jauh dari kita. Dia begitu dekat dan menginginkan kita membuka pintu hati kita sehingga kasihnya yang lembut mengalir dalam kehidupan kita. Membantu, mengangankat kita dan membawa kita kepada hidup yang damai dan tenang.

Nah... sekarang tinggal tergantung kita, apa kita akan membuka krannya atau tidak. Namun yang pasti, kasih Tuhan tetap ada buat kita kini, disini dan untuk selamanya.

Jumat, 16 April 2010

Gila Jabatan, Gila Kuasa

Ada pepatah mengatakan: "Barangsiapa seseorang meninggikan dirinya sendiri, maka dia akan direndahkan orang2 sekitarnya dan barangsiapa seseorang merendahkan hatinya maka dia akan ditinggikan oleh orang lain".

Kisah tokoh yang satu ini mempunyai jabatan yang terhormat di sebuah Biro, tapi sayangnya beliau ini memiliki martabat yang kurang terhormat. Ibarat Kacang sudah lupa kulitnya. Dulu dia ditolong oleh teman-temannya untuk menduduki jabatan tersebut dengan alasan "kasihan" karena selama ini non job. Bukan karena kemampuan (skill) yang ada atau visi dan misi yang jelas, namun karena "Kasihan".

Kini, tokoh yang satu ini sering mengaku sok pintar, sok berjasa seolah jalan sendiri dengan inisiatifnya pribadi sepertinya tidak menganggap atasannya langsung ,padahal berdasarkan Aturan sudah jelas ditentukan uraian kerja, hak dan kewajibannya dari jabatan yang disandangnya. Ironisnya, tokoh yang satu ini mau menjelek-jelekkan dengan politik busuknya kepada Pimpinan agar orang lain tidak memiliki posisi yang baik.

Kiriman PGA

Apakah kita rela akan dipimpin oleh tokoh yang berjiwa kerdil seperti ini???? Sangat disayangkan.... Bisa Mundur Lebih Cepat... Lebih Baik! Paling tidak sadar dan bertobat dulu sebelum mundur.

Rabu, 14 April 2010

Anugerah: Kasih Allah yang Membebaskan!

Sesungguhnya kasih Allah dinyatakan dengan begitu luar biasa di dalam anugerah-Nya bagi orang-orang berdosa yang sama sekali tidak layak menerimanya. Dan itulah arti anugerah: kasih Allah mengalir dengan bebas kepada orang-orang yang tidak layak dikasihi.

Anugerah adalah tema Perjanjian Baru dan kunci untuk memahami isi pesannya, karena semua penulis Perjanjian Baru berbicara tentang keselamatan dan selalu menghubungkannya dengan anugerah Allah. Keselamatan kita dari dosa dan murka Allah adalah inisiatif Allah yang murah hati sejak permulaan jaman (2 Tim 1:9) dan dibawa dijalankan-Nya di dalam sejarah menurut rencana dan panggilan-Nya berdasarkan kemurahan-Nya (Roma 8:30). Kita diselamatkan oleh anugerah Allah, bukan oleh usaha kita (Efesus 2:8-9), dan anugerah Allah mengajarkan kita untuk mengerjakan keselamatan kita di hadapan Allah dengan cara yang terhormat (Titus 2:11-12). Pujian terhadap anugerah Allah yang berkelimpahan itu adalah tujuan akhir dari keselamatan (Efesus 1:6). Pendeknya, dari permulaan sampai akhir, yang ada hanya anugerah-Nya.

Dan supaya kita dapat mengerti akan begitu luasnya anugerah Allah, Ia memberikan banyak contoh di dalam Alkitab, misalnya dalam kehidupan rasul Paulus. Bukankah hal yang luar biasa bahwa Allah memilih orang Farisi yang paling fanatik ini dan menjadikannya salah satu lambang terbesar akan anugerah? Paulus berkata bahwa Allah telah memilihnya supaya orang-orang dapat belajar melalui dia—seorang pembunuh dan penganiaya jemaat—akan arti yang sesungguhnya dan jangkauan yang sepenuhnya akan anugerah Allah: 1:15 Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. 16 Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal. (1 Timotius 1)

Pada waktu kita bermusuhan dengan Allah—sebagai seteru seperti dikatakan Paulus di Roma 5:10—Ia memberikan jalan bagi kita untuk memperoleh anugerah-Nya. Betapa suatu kasih yang luar biasa! Ketika Perang Dunia II, seorang tentara mati dan dua orang temannya dengan hati yang pedih berusaha untuk menguburkannya dengan pantas. Mereka menemukan sebuah pemakaman di desa tetangga. Itu adalah pemakaman Katholik, sedangkan tentara yang mati itu adalah orang Protestan. Ketika dua orang itu bertemu dengan imam yang mengurusi areal pemakaman itu, mereka meminta ijin untuk menguburkan teman mereka, tetapi imam itu menolak karena orang mati itu bukan seorang Katholik. Ketika imam itu melihat kekecewaan mereka, ia memberitahu bahwa mereka dapat menguburkan temannya itu cepat-cepat di luar pagar. Dan hal ini mereka lakukan.

Suatu hari, mereka kembali untuk mengunjungi kuburan itu, tetapi mereka tidak menemukannya. Akhirnya mereka berjumpa lagi dengan imam itu, dan mereka bertanya apa yang terjadi dengan kuburan teman mereka. Sang imam menjelaskan bahwa sepanjang malam ia tidak dapat tidur. Jadi ia bangun dan memindahkan pagar itu supaya kuburan sang tentara berada di dalam areal.

Begitulah juga dengan Allah. Ia tidak akan bisa tidur sampai Ia membuat jalan untuk orang-orang yang sebenarnya tidak layak untuk dikasihi untuk menerima juga kasih anugerah-Nya. Bahkan Ia tidak hanya memindahkan pagar, melainkan Ia menghancurkan penghalang ke dalam hadirat-Nya yang kudus. Dan Ia melakukannya melalui anugerah Tuhan kita Yesus Kristus dan salib-Nya. Melalui Kristus yang disalib itulah, dan hanya melalui Dia saja, kita dengan leluasa mendekat kepada Bapa (Yohanes 14:6). Pertanyaan yang masih timbul adalah, “Sudahkah Anda melakukannya?” Sudahkah Anda berbalik dari dosa Anda dan menerima Kristus dengan sepenuh hati Anda? Tidak ada waktu yang terbaik selain sekarang! Ia berjanji untuk mencurahkan anugerah-Nya yang sungguh besar itu bagi semua orang yang mau datang kepada-Nya dalam pertobatan dan iman, untuk melimpahkan kasih-Nya kepada orang-orang yang mencari-Nya sebagai Penolong dan Juruselamat mereka. Allah begitu berbelas kasih dalam mencurahkan anugerah-Nya bagi Anda, yakni agar Anda mengalami kasih-Nya yang berlimpah itu secara langsung. Anda sudah mendengar banyak tentang itu, sekarang terimalah!

Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. (Yesaya 55:1-2)

Kamis, 08 April 2010

BERCERITA DI SEKOLAH MINGGU & KIAT BERKOMUNIKASI DENGAN REMAJA

BERCERITA DI SEKOLAH MINGGU (Sabtu, 1 Mei 2010)
Pemandu: Juvensius Yudi Ramdoyo

Materi:
Fungsi dan manfaat cerita dalam kehidupan anak
Memilih cerita yang baik sesuai tahapan usia anak
Prinsip dan cara berbicara yang baik
Mengembangkan kreativitas dalam berbicara

Metode
Curah pendapat, Latihan

Peserta: Guru Sekolah Minggu (maksimal 35 Orang)
Kontribusi: Rp. 175.000.- (makan siang, snack, materi)

** KOMUNIKASI DENGAN REMAJA DALAM KELUARGA (Sabtu, 8 Mei 2010)
Pemandu: Louna Ticoalu, M.Sc.

Materi:
Fungsi komunikasi dalam keluarga
Memahami psikologi perkembangan remaja
Kiat berkomunikasi dengan remaja
Menghadapi remaja bermasalah

Metode
Curah pendapat, Diskusi Kelompok

Peserta
Guru Sekolah, Guru Sekolah Minggu, Orangtua
(maksimal 35 Orang).
Kontribusi: Rp. 150.000.- (makan siang, snack, materi)


PUKUL 09.00 – 15.00 WIB di PENDOPO YAKOMA-PGI
Jl. Cempaka Putih Timur XI / 26, Jakarta 10510
Telp. 4205623 Fax. 4253379
email: yakoma@cbn.net.id
website: http://www.facebook.com/l/64c22;www.yakomapgi.org

Pendaftaran: Melati, Debbie, Nuryana
Transfer: YAKOMA-PGI, Bank MANDIRI Jakarta, Pulomas,
Rek No. 125-00-0672217-7 atau diantar langsung ke alamat YAKOMA-PGI pada Senin – Jumat pukul 09.00 – 15.00 WIB.

Senin, 29 Maret 2010

Pemuda dan Gereja

Hidup sebagai pemuda memang banyak tantangannya. Pemuda harus bergumul menentukan karier dan pasangan hidupnya. Ini merupakan bagian yang cukup sulit yang harus dihadapi oleh pemuda. Apa yang terjadi di masa pemuda sebetulnya sudah mulai terjadi di masa remaja, dan di masa remajalah gereja meletakkan fundasinya. Pada masa remaja itulah seseorang berkesempatan untuk membangun jati dirinya. Kalau dia berhasil menemukan dan membangun jati dirinya, dia menjadi seseorang yang mantap. Dia tahu kekurangannya,kelebihannya, kebisaannya, keterbatasannya, dan dia bisa merangkul semuanya itu dengan luwes. Kalau dia bisa menemukan ini semua, dia akan memasuki usia dewasa dan membangun keintiman. Sebaliknya, kalau dia tidak menemukan jati dirinya dan dia bingung terus dengan siapa dirinya waktu memasuki usia dewasa, bukannya keintiman yang dia bangun tetapi dia malah menarik diri, mengisolasi diri dari orang-orang yang sebetulnya mau dekat dengan dia karena tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup.

Watak para pemuda cenderung “progresif, idealis, visioner, romatis, radikalis, produktif.” Itu semua merupakan potensi dan keunggulan kulturalnya yang sudah seharusnya difasilitasi dan diakomodir secara visible untuk menopang kebutuhan pembangunan gereja ke depan. Keunggulan kaum pemuda ini semestinya mendapat perhatian gereja, sehingga akan menjadi potensi produktif, namun sebaliknya jika tidak terartikulasi secara baik, bisa menjadi potensi destruktif bagi gereja.

Misi Gereja terhadap Pelayanan Pemuda perlu mendapat perhatian yang serius. Sedikitnya tiga hal di bawah ini merupakan perhatian khusus bagi kita sekarang dalam pelayanan, yaitu:
a. Membentuk pemuda dewasa yang memiliki persekutuan yang indah dengan Tuhan dan sesama.
b. Memperlengkapi pemuda dewasa menjadi pemuda Kristen yang mandiri dalam menghadapi tantangan jaman.
c. Mendukung pelayanan gereja dengan melibatkan pemuda sebagai kesatuan tubuh Kristus.
Gereja sungguh-sungguh mempunyai peranan besar dalam menumbuhkembangkan mental dan spiritual para pemuda. Pada usia yang tergolong muda, sepertinya para pemuda tidak mau hidup dalam berbagai keterikatan-keterikat yang dianggap memenjarakannya. Hidup ingin bebas merupakan fase yang kuat dalam pertumbuhan hidup para pemuda. Pengendalian terhadap kebebasan yang tidak terpimpin itulah yang perlu diarahkan oleh gereja. Pelayanan gereja terhadap pemuda harus diisi dengan melatih mereka bagaimana memimpin dan mengendalikan diri. Menyarankan bahwa masa muda adalah masa yang sangat menentukan dalam perjalanannya ke depan. Masa muda adalah masa yang indah yang tidak mungkin datang untuk terulang.
Program-program pelayan yang terpadu harus dipikirkan oleh gereja sehingga para pemuda gereja tertanam dalam hati dan pikirannya at home hidup dalam nilai-nilai kristiani. Gereja perlu mengorganisir kepemudaan dalam rangkaian menanamkan nilai-nilai luhur kegerejaan dan arti hidupnya di masa depannya. Persekutuan pemuda dalam gereja tidak lagi sebatas mereka berkumpul belajar nyanyian koor dan dengar-dengaran dengan Firman Allah melalui PA, akan tetapi kita sudah harus sampai kepada pelayanan bagaimana mempersiapkan mereka menghadapi berbagai tantangan yang terjadi dan bakalan terjadi kelak. Gereja harus memungkinkan pelayanan pelatihan-pelatihan keahlian kepada pemuda yang sudah putus sekolah.