Rabu, 12 Agustus 2009

opini

BERSAMA SELAMATKAN BUMI DARI KESERAKAHAN

Tak dapat dipungkiri, satu tantangan yang paling besar yang dihadapi bagi kemanusiaan saat ini dan masa mendatang, satu diantaranya adalah terjadinya perubahan iklim (climate change). Tantangan ini berasal dari berkembang dan suburnya keserakahan dalam diri manusia, yang secara masif melakukan eksploitasi terhadap bumi untuk memenuhi berbagai bentuk ketamakan, kekayaan dan nafsu sesaat.
Pada tahun 2009 ini, United Nations Environment Programme (UNEP), memilih tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia (5 Juni yangb lalu) berbunyi: “Your Planet Needs You – Unite to Combat Climate Change”. Di Indonesia, tema Hari Lingkungan Hidup 2009 menjadi “Bersama Selamatkan bumi dari Perubahan Iklim”. Tema ini merefleksikan suatu tantangan bersama dalam upaya menjaga perubahan iklim berada pada lintasan yang tidak menyebabkan berbagai bencana kemanusiaan. Juga, secara langsung mengajak semua orang untuk terlibat dalam upaya mengurangi efek penggunaan gas rumah kaca dan limbah dengan memikirkan kembali berbagai tindakan dan pilihan hidup yang selama ini lebih banyak menghasilkan limbah dan gas rumah kaca. Setidaknya berusaha mengadopsi a greener lifestyle, misalnya seperti yang dilakukan oleh seorang sahabat dan kedua anaknya yang sedang berada di Belanda dengan berusaha lebih banyak menggunakan sepeda sebagai moda transportasi mereka. Begitu juga dengan warga Jakarta yang lebih memilih sepeda sebagai moda transportasi.
Perubahan iklim global yang mengacam kemanusiaan tidak terjadi dalam waktu singkat, tapi terjadi dalam jangka waktu lama dan baru dapat dirasakan kemudian yang berhubungan dengan perilaku keserakahan manusia sebagai penyebabnya, yang melakukan kerusakan di muka bumi, sehingga dengan kasat mata mulai terlihat penurunan kualitas lingkungan hidup dan tentunya sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia di muka bumi tanpa kecuali. Bumi ini memang tidak pernah cukup bagi keserakahan, dan bila keserakahan sebagai arus utama diteruskan maka konsekuensinya adalah adanya dorongan terhadap bumi untuk menemukan keseimbangan baru yang tidak mengenal dan peduli dengan kemanusiaan itu sendiri.
Pertambahan penduduk yang terus meningkat, di atas perilaku keserakahan, tentu saja terjadi ketidakseimbangan antara ketersediaan sumberdaya alam bagi pemenuhan kebutuhan pangan dan energi di berbagai sudut bumi. Berbagai upaya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan energi di berbagai belahan bumi, namun karena paham keserakahan yang menjadi arus utama, maka terjadilah eksploitasi sumberdaya alam yang tidak ramah lingkungan dan cenderung melakukan kerusakan; pembabatan hutan dan perubahan total ekosistem alami. Begitu juga dengan pelepasan emisi gas karbon dioksida (CO2), yang secara nyata menyebabkan perubahan iklim global, dari berbagai alat dan peralatan teknologi yang tidak ramah lingkungan, yang saat ini semakin terbagi dalam satuan kecil yang dapat lebih mudah penyebarannya melalui orang per orang; misalnya sepeda motor. Seandainya perilaku keserakahan tidak menjadi arus utama, maka pengembangan dan pembangunan transportasi massal adalah merupakan diantara alternatif yang dapat menyatukan pelepasan emisi, menjadi lebih tidak menyebar, dan menguranginya.
Perubahan iklim harus diletakkan sebagai suatu akibat dari perilaku keserakahan yang menjadi arus utama dalam kehidupan di bumi ini. Oleh karena itu, tema Hari Lingkungan Hidup 2009 di Indonesia yang ditetapkan menjadi “Bersama Selamatkan Bumi dari Perubahan Iklim” lebih merefleksikan suatu pengabaian rasa keadilan dari kebanyakan umat manusia yang menjadi korban dari perilaku keserakahan. Untuk menyelamatkan bumi dari bencana yang tidak terbayangkan sebelumnya, dilakukan secara bersama, padahal saat memenuhi dahaga keserakahan jelas tidak pernah menghiraukan bagaimana kehidupan yang lain. Lebih tepat, temanya adalah “Bersama Selamatkan Bumi dari Keserakahan”.
Harapan untuk keluar dari keserakahan sebagai arus utama kehidupan di bumi, saat ini ada pada pertemuan the 15th Conference of the Parties yang dilaksanakan United Nations Framework Convention on Climate Change yang dikenal sebagai COP 15 atau Konferensi PBB untuk Perubahan Iklim ke 15, yang akan diselenggarakan pada bulan Desember 2009 di Copenhagen. Konferensi ini untuk merespon satu diantara tantangan yang terbesar bagi kemanusiaan, yaitu perubahan iklim akibat keserakahan. COP 15 ini diharapkan dapat membuka jalan dan kesempatan yang belum pernah terbayangkan sebelumnya untuk mengatasi krisis iklim dengan juga mempercepat keluar dari ketergantungan pada karbon dan pertumbuhan yang ramah lingkungan sebagai fondasi kemakmuran ekonomi yang berkelanjutan.
Untuk menghasilkan kesepakatan dalam pertemuan COP 15, disamping bergantung pada negosiasi, tapi juga tentu sangat bergantung pada tekanan publik dari seluruh dunia, khususnya mendorong pemerintahan negaranya untuk menyetujui perjanjian perubahan iklim yang akan melindungi umat manusia, bumi, dan mengarusutamakan a global green economy. Ekonomi yang tidak berbasiskan keserakahan. United Nations menggalang keberpihakan semua pihak di seluruh dunia, untuk bergerak kearah “Seal the Deal”, yang diharapkan dapat bersatu untuk menemukan solusi perubahan iklim yang adil, seimbang, efektif, dan berbasis sains.
Berdasarkan kajian ilmiah terbaru, iklim mengalami perubahan yang lebih cepat dari perkiraan laporan Intergovernmental Panel on Climate Change tahun 2007. Semakin banyak umat manusia yang sudah mengalami penderitaan karena berbagai bencana yang disebabkan perubahan iklim. Oleh karena itu, kita harus mendorong para elit negeri ini untuk terlibat secara aktif dalam gerakan “Seal the Deal” dan menjadi bagian yang penting dalam perjanjian perubahan iklim di Copenhagen. Juga, mendorong elit lokal (daerah) untuk memulai kebijakan dan bertindak yang ramah lingkungan dalam upaya memperbaiki iklim mikro sebagai suatu bagian yang nyata dari tempat berpijak. Lebih personal, mulai dari diri sendiri dan let’s reduce our carbon footprints!
------------------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar