Senin, 22 Februari 2010

MENULIS RENUNGAN POPULER

1. Pendahuluan
Menulis renungan adalah mengekpresikan diri bahkan iman percaya penulis. Melalui tulisan yang kita muat dalam warta jemaat gereja, majalah, renungan harian, kita menyebarluaskan firman Allah kepada jemaat atau pembaca sehingga pembaca mendapat makna, titik terang atau nilai yang dapat dipedomani atau diimani. Menulis renungan menjadi salah satu cara yang baik memberitakan injill atau mengkomunikasikan firman Allah dan membangun kesepahaman antara pembaca dan penulis. Pendeta selayaknyalah menjadi penulis yang baik karena sehari-harinya berkomunikasi dengan jemaat melalui khotbah, tulisan renungan dan berbagai pembahasan berbagai topik permasalahan dalam seminar atau pengajaran. Namun demikian kita selalu menemukan kesulitan untuk menuliskan apa yang hendak kita bicarakan.
Ada dua hal yang menghambat para pendeta atau banyak orang tidak berani menulis. Yang pertama keyakinan diri tentang apa yang ditulisnya . Ada kearguan tentang isi / kontentnya. Seseorang merasa ragu, takut salah, takut dinilai jelek dan sejenisnya tentang isi tulisannya. Kedua adalah terbatasnya kemampuan menuangkan gagasan-gagasan dalam tulisan. Banyak sekali orang yang pandai dan lincah dalam berkhotbah, bertutur kata, namun macet di penulisan. Namun ada juga sebaliknya, cerdas dalam menulis namun macet di bahasa lisan. Kondisi gagasanalnya adalah menguasai dua-duanya, karena pendeta mengandalkan perkataan dan tulisan dalam mempersuasi anggota jemaat supaya menghayati firman Allah.
Dalam kesempatan ini saya mau mendorong agar kita lebih berani menulis apa saja yang kita anggap perlu diberitakan dan memantapkan diri menlis renungan. Berikut ini akan saya sampaikan beberapa hal yang perlu dipedomani, agar kita lebih berani menulis dan lebih baik.

2. Bentuk Renungan
a. Bentuk Renungan
Paling tidak ada tiga bentuk renungan populer. Pertama, memaparkan penafsiaran atau pemaknaan ayat Alkitab tanpa memperkaya dengan ilustrasi. Biasanya penulis memakai kata-kata bermakna sehingga pembaca lebih menjabarkan dalam pikirannya. Makna yang digali dan dipaparkan itu dapat dijadikan menjadi acuan-acuan terhadap perbuatan yang baik atau motivasi beribadah. Nats renungan itu dapat diperjelas dengan membandingkan dengan ayat-ayat lain yang memperjelas makna.

Kedua, Penulisan renungan populer berisikan kesaksian tenang pengalaman rohani yang menceritakan perbuatan Tuhan atau sikap orang beriman menghadapi berbagai permasalahan hidup, atau sebuah ilustrasi. Makna yang terkandung dalam kesaksian atau illustrasi rohani ini didukung dengan ayat Alkitab / firman Tuhan.
Ketiga adalah kombinasi yang pertama dan kedua dimana penjelasan firman Allah yang dalam didukung dengan illustrasi yang menarik sehingg membuat pembaca terkesan dan terdorong untuk mempraktekkan pesan makna firman itu.

b. Bahasa Yang Dipakai
Dalam menulis renungan populer kita harus mempertimbangkan pinsip-prinsip jurnalisme dalam menulis berita. Renungan populer yang kita tulis akan dibaca oleh lapisan-lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Penulis juga harus mengingat bahwa jemaat yang membaca renungan poluler hanyalah di waktu luang dan tentu jemaat tidak harus menghabiskan waktunya hanya dengan membaca renungan populer.

Bahasa yang kita pakai dalam penulisan renungan populer harus lugas, singkat, padat, sederhana tetapi jelas dan menarik, agar mudah dipahami. Tidak perlu berbunga-bunga, berbasa-basi dengan memakai kata-kata mubazir dan jenuh. Renungan populer bukanlah puisi dengan kata-kata yang indah. Jemaat tidak perlu mesti mengulang-ulang apa yang dibacanya karena ketidakjelasan bahasa yang digunakan dalam renungan populer. Sekalipun demikian, penulis haruslah tetap memperhatikan kaidah bahasa yang berlaku atau berdasarkan ejaan yang disempurnakan. Tentu membangun kalimat hendaknya dengan kalimat yang singkat-singkat. Kaliman yang panjang akan membuyarkan konsentrasi pembaca karena mereka tidak sempat menyimpan makna yang berlapis.

c. Aktualitas dan Proximity
Dalam menulis renungan populer kita juga perlu mempertimbangkan beberapa unsur-unsur jurnalistik yaitu aktualitas dan kedekatan (proximity). Renungan populer yang mempunyai daya tarik bila contoh, ilustrasi dan pemilihan topik yang kita paparkan mengandung sifat aktualitas dan kedekatan. Aktual bermakna renungan itu menyentuh apa yang tengah terjadi dan kejadian itu dekat dengan kehidupan pembaca. Kedua element ini akan mendorong ketertarikan untuk membaca renungan tersebut namun sekaligus menuntut penulis untuk menggali potensi lokal. Penulis perlu mengoleksi pengalaman iman jemaat, ungkapan-unkapan yang bermakna dalam, cerita rayat yang dapat dipakai sebagai ilustrasi, contoh dalam renungan populer.

3. Metode Penulisan
a. Memilih Judul
Judul tulisan adalah pintu masuk perhatian pembaca. Ada dua syarat yang tidak boleh kita lupakan dalam memilih judul renungan populer: Pertama, berhubungan dengnan materi tulisan : Judul harus punya relefansi dengan tulisan yang kita buat. Kedua, Judul harus membangun ketertarikan untuk melanjutkan membacanya. Ada beberapa tehnik membangun judul , misalnya kita akan membangun judul dasarkan pada nats Keluaran 7:14-25
- Teknik noreferensi : Pertarungan F dengan M
- Teknik Anti Logika / Arus : Percaya Ilmu-ilmu Mantera
- Teknik bertanya: Apakah anda ingin Tongkat Ajaib ?
- Teknik keluar dari kebiasaan: Raja Firaun Yang Tidak Perduli
- Teknik Melawan : Siapa bilang Hanya Musa dan Harun yang bisa ?
- Teknik Kondisi : Jangan Diminum – Sudah dipukul Tongkat
- Teknik Bombastis: Darah berjuta Liter
- Teknik serius: TUHAN menulahi sungai Nil. - Teknik kejutan: Plak: Sekali Pukul semua menjadi arah
Dan banyak lagi variasi memilih judul yang membuat menjadi penasaran kalau tidak melanjutkan membaca.

b. Membangun Tulisan
Tehnik membangun tulisan renungan populer disingkat dengan awal harus menarik, tengah selalu membangun penasaran dan akhir harus berkorelasi dengan awal. Itulah sebuah penulisan renungan populer yang baik dan memiliki daya tarik.
- Awal yang menarik.
Selain Judul sebagai reader invitor, maka paragrap awal harus memiliki kekuatan untuk menarik pembaca lebih dalam, membangun antusiasme untuk membaca dan menyelesaikanya. Di sisi lain paragrap awal juga sudah memberi gambaran tentang apa yang akan dibahas dalam renungan tersebut. Semakin halus kita membangun rasa penasaran itu, berarti anda semakin canggih. Banyak cara yang dipakai untuk membangun pragraf awal yang baik misalnya dengan ungkapan seorang tokoh.
- Bagian Tengah /isi membangun penasaran
Renungan populer yang kita tulis akan terasa nikmat, bila didalam isi renungan kita semakin memanjakan pembaca dalam setiap pragraf. Tentu tidak perlu terlalu banyak gagasan yang kita bangun, walaupun hal itu sangat tergantung media apa yang kita pakai untuk mempublikasikan tulisan tersebut. Setiap pragraf menjelaskan gagasan dengan beberapa kalimat yang saling berhubungan dalam satu kesatuan bahasan. Kalimat-kalimat dalam paragraf tidak boleh berdiri sendiri, tetapi saling menjelaskan atau ada koherensi. Isi dalam paragraph akan terasa dinamis, menghantarkan pembaca dari suatu kalimat ke kalimat berikutnya secara runtut, teratur bila tercipta kepaduan makna yang memperkuat gagasan pokok. Berapapun jumlah kalimat dalam paragraf, harus saling mendukung, mengarahkan pada suatu bahasan tertentu yang mencerminkan gagasan pokok dalam renungan itu.

Mengembangkan paragraf melalui pembahasan gagasan pokok, dapat dilakukan melalui pola urutan: kalimat pertama berisi gagasan pokok, sedangkan kalimat-kalimat lainnya berisi penjelasan tentang gagasan pokok tersebut. Kalimat yang berisi gagasan pokok lazim disebut kalimat utama. Sementara itu, semua kalimat-kalimat yang berisi penjelasan tentang gagasan dapat berisi contoh, analogi atau perbandingan. Sebagai akhir paragraf, kita dapat menyampaikan kalimat yang berisi penegasan kembali

- Akhir yang mengikat akan kembali mempersatukan gagasan gagasan dalam tubuh dengan kalimat yang singkat dan padat. Bagian akhir atau penutup sebuah renungan

4. Penulisan sesuai dengan EYD
Daya tarik sebuah tulisan juga turut didukung oleh kaidah pengetikan dan penulisannya. Menulis renungan populer hendaknya juga memperhatikan kaidah tentang bagaimana menulis yang benar. Kita dapat mengacu kepada ejaan yang disempurnakan. Kita hendaknya memperhatikan pemakaian tanda baca.
a. Tanda Tanya
Tiap kalimat pertanyaan perlu diakhiri dengan tanda tanya (“?”). Bila suatu kalimat menggunakan kata tanya dianggap merupakan kalimat pertanyaan.

b. Spasi kosong mendatar
Sebelum tanda titik, koma, titik koma, titik dua, tanda tanya,kurung tutup tidak boleh ada spasi kosong mendatar. Contoh pengetikan yang salah terlihat di bawah ini.
...sebagai berikut : menurut Paulus.... seharusnya:
...sebagai berikut: menurut Paulus

c. Huruf Besar
Untuk nama orang tertentu, bangunan tertentu, jabatan tertentu dan obyek tertentu diawali dengan huruf besar, sedangkan untuk kata yang menunjukkan macam bangunan, jenis jabatan, jenis obyek dan sebagainya tidak diawali dengan huruf besar.

d. Kata Depan “di”
Kata depan “di” yang diikuti oleh kata yang menunjukkan tempat perlu dipisahkan dari kata penunjuk tempat tersebut; contoh: di sana; di atas; di bawah, di lapangan, di Semarang Kata “di” yang merupakan awalan untuk kata kerja tidak dipisahkan dari kata kerja tersebut; contoh: dihadiri; dikerjakan, diolah, diamati, diwawancarai.

e. Kata Sambung “sedangkan”
Kata “sehingga” dan “sedangkan” merupakan kata sambung atau kata hubung yang berfungsi menghubungkan dua anak kalimat, maka jangan pakai kata ini untuk mengawali kalimat.
Contoh pemakaian kata “sedangkan” yang salah:
...dilakukan oleh Yesus. Sedangkan para murid hanya melihat dari jauh dalam ketakutan.
Perbaiki kalimat di atas menjadi:
...dilakukan oleh Yesus, sedangkan para murid hanya melihat dari jauh dalam ketakutan

f. Kata Tanya “dimana”
Kata “dimana” sering dipakai secara salah (tidak baku), misalnya dipakai sebagai kata “where” dalam kalimat bahasa Inggris—seperti pada contoh berikut ini: Muzijat itu ini dilakukan di kota Yerusalem dimana terdapat banyak Ahli Taurat. Kata “dimana” yang merupakan kata tanya tidak tepat dipakai dalam kalimat berita (meskipun sering kita gunakan dalam bahasa percakapan). Gantilah kata “dimana” tersebut dengan kata yang tepat; contohnya: Muzijat itu ini dilakukan di kota Yerusalem, tempat terdapat banyak Ahli Taurat.

g. Kata baku dalam bahasa Indonesia
Banyak istilah dari luar Indonesia yang masuk ke bahasa Indonesia dan istilah-istilah tersebut sudah dibakukan oleh Pemerintah. Aculah penggunaan istilah atau kata yang telah dibakukan dari buku-buku tersebut, seperti misalnya buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)”.pada penjelasan tentang penulisan unsur serapan (daribahasa asing ke bahasa Indonesia). Contoh istilah atau kata baku : kreativ – kreatif, efektiv – efektif, synthesis – sintesis, sistim – system dll.

5. Penutup
Semuany kaidah-kaidah penulisan ini janganlah menjadi momok yang membuat kita menjadi sungkan untuk menulis. Tulislah dulu apa saja ide atau gagasan dalam renungan tersebut berdasarkan apa yang muncul di pikiran. Tulislah dulu berdasarkan kalimat apa saja yang muncul. Setelah tulisan selesai kemudian disempurnakan sehingga mendekati pada cara penulisan yang baik dan benar. Selamat mencoba dan meneruskan karya-karya tulisan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar