Kamis, 01 Juli 2010

KEMERDEKAAN DALAM KRISTUS AN MAKANAN PERSEMBAHAN BERHALA (1 Korintus 8:1-13; 10:14-33)

1. Berhala Bukan Allah
Alkitab berkata: "Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: 'tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa" (1 Kor. 8:4). Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "allah", baik di sorga, maupun di bumi dan memang benar ada banyak "allah" dan banyak "tuhan" yang demikian namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup (1 Kor. 8:5-7).

Berhala bukanlah Allah dan seharusnya tidak dijadikan objek penyembahan. Janganlah kita menjadi bodoh dan beranggapan bahwa patung kayu, batu ataupun emas memiliki kesadaran untuk menerima penyembahan serta berkemampuan untuk mendatangkan keuntungan bagi penyembah-penyembahnya (Mzm. 115:4-8; 135:15-18).

2. Berhala Tidak Dapat Merubah Makanan Persembahan
Di antara penyembah-penyembah berhala, baik pada abad pertama maupun saat ini, ada suatu konsep pemikiran bahwa makanan yang telah dipersembahkan kepada para dewa telah berubah menjadi pembawa berkat. Orang yang makan makanan itu akan memperoleh keuntungan, misalnya selalu sehat, usaha lancar, dilindungi dari mara bahaya dan sebagainya. Pokoknya selalu ada "hok khi" dan "peng an".

Alkitab mengajarkan bahwa berhala tidak dapat merubah makanan yang dipersembahkan kepadanya. Makanan itu tidak menjadi lebih berkhasiat ataupun menjadi rusak oleh karena dipersembahkan kepada berhala. Kalaupun ada perubahan rasa, itu hanya karena pengaruh panas api lilin yang terbakar dan terik matahari, bau dupa/kemenyan dan arak, serta debu-debu pembakaran yang menempel pada makanan. Berhala itu sendiri tidak membawa perubahan apapun pada makanan, misalnya semakin berkhasiat. Berkenaan dengan hal ini Alkitab berkata: "Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan." (1 Kor. 8:8).

3. Jangan Makan Makanan Itu Sebagai Makanan Persembahan Berhala
Tidak semua orang Kristen mempunyai pengetahuan yang benar mengenai berhala dan makanan yang dipersembahkan kepadanya. Ada orang Kristen, yang karena masih terikat oleh berhala-berhala, makan makanan itu sebagai makanan persembahan berhala (1 Kor. 8:7a). Hal ini tentu saja tidak berpadanan dengan iman Kristen.
Janganlah memakan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala sebagai makanan persembahan berhala. Itu tidak diperkenan oleh Allah. Hal ini bukan dikarenakan makanan itu haram, melainkan oleh dua sebab lainnya. Pertama, oleh karena hati nuraninya lemah maka hati nuraninya dinodai oleh hal itu (1 Kor. 8:7b). Orang semacam ini mungkin tidak mengharapkan apa-apa dari makanan itu. Tetapi karena konsep yang keliru, yaitu menganggapnya sebagai makanan persembahan berhala, maka sesudah makan makanan itu hati nuraninya dinodai dan tidak ada lagi damai sejahtera. Kedua, orang yang makan makanan itu sebagai makanan persembahan berhala dalam arti mengharapkan "khasiatnya" atau "berkat dari padanya", ia telah bersekutu dengan roh-roh jahat yang berada di belakang penyembahan berhala itu (1 Kor. 10:19-20). Oleh sebab itu, orang-orang Kristen baru yang berlatar belakang penyembahan berhala diperintahkan untuk tidak makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala (Kis. 15:29).

4. Makanlah Dengan Ucapan Syukur Kepada Allah
Ingatlah firman Tuhan: "Semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatupun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur, sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa" (1 Tim. 4:4-5). Jadi, mengucap-syukurlah atas segala makanan yang terhidang dan makanlah dengan hati yang bersyukur kepada Allah. Makanan yang dimakan dengan iman dan syukur itu dikuduskan oleh firman Allah dan doa.
Alkitab berkata: "Apabila kamu diundang makan oleh orang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan tanpa mengadakan pemeriksaaan karena keberatan-keberatan hati nurani." (1 Kor. 10:27) Kalaupun di dalamnya ada makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala, bila kita menerimanya dengan pemahaman yang sesuai firman Allah bahwa berhala tidak merubah makanan itu serta menaikan doa syukur kepada Allah untuk hidangan yang tersedia, maka semua makanan itu adalah kudus dan halal. Suatu makanan tidak menjadi haram bagi orang Kristen hanya karena makanan itu telah dipersembahkan kepada berhala (1 Kor. 8:8 ; 10:23). Tetapi janganlah kita makan sebagai makanan persembahan berhala, melainkan makanlah hidangan yang tersedia dengan mengarahkan hati yang bersyukur kepada Allah.

5. Jangan Menjadi Batu Sandungan Karena Makanan
Pada saat makan, kalau ada seorang saudara berkata kepada kita: "Itu persembahan berhala!", maka janganlah kita memakannya. Bukan karena makanan itu haram, bukan pula karena diri kita, melainkan karena orang itu dan keberatan-keberatan hati nuraninya (1 Kor. 10:27-29).

Kita harus mengontrol diri, supaya kebebasan kita tidak menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah (1 Kor. 8:9). Karena apabila kita makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala (dengan konsep yang benar) di depan saudara-saudara seiman yang lemah, maka mereka akan semakin dijatuhkan untuk makan makanan persembahan berhala itu (dengan konsep yang salah).

Apabila suatu makanan dapat menjadi batu sandungan bagi orang lain, lebih baik kita tidak makan makanan itu. Dengan demikian orang lain tidak akan jatuh oleh karena makanan yang kita makan. Kita patut meneladani rasul Paulus yang mengatakan, "Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku" (1 Kor. 8:13).

Prinsip rasul Paulus dalam 1 Korintus 10:23-24 dan 31 sangat baik untuk diteladani. Jika engkau makan, atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah itu dengan terlebih dahulu mempertimbangkan:
a. Apakah itu berguna? (1 Kor. 10:23a);
b. Apakah itu membangun? (1 Kor. 10:23b);
c. Apakah dengan itu engkau hanya memperhatikan kepentingan sendiri, atau memperhatikan kepentingan orang lain juga? (1 Kor. 10:24);
d. Apakah itu memuliakan Allah? (1 Kor. 10:31).

KESIMPULAN
Orang-orang percaya telah beroleh kemerdekaan yang sesungguhnya di dalam Kristus Yesus (Gal. 5:1). Kendatipun demikian, ia perlu mawas diri supaya kemerdekaannya itu tidak menjadi batu sandungan bagi saudara-saudara yang lemah. Dalam hal makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, ia harus memikirkan: apakah itu berguna, membangun, memperhatikan kepentingan orang lain juga, serta memuliakan Allah?

2 komentar:

  1. ajaran yang benar adalah semua pengikut Yesus TIDAK BOLEH memakan makanan bekas persembahan berhala, karena dimakan tidak ada untungnya tetapi kalau tidak dimakan pasti sangat baik sesuai Firman Tuhan. ( Wahyu 2 :14 , Wahyu 2 :20 ). salam damai sejahtera untuk seluruh pengikut Yesus Kristus.

    BalasHapus
  2. Tuhan Yesus menentang orang yang makan persembahan berhala ( Wahyu 2:14, Wahyu 2:20 ) karena sebelumnya telah dilarang oleh Roh Kudus dan para Rasul Kristus untuk tidak memakan persembahan berhala ( Kisah Para Rasul 15:28-29, I Korintus 10 :18-22 ). Jesus Christ love us...

    BalasHapus