Rabu, 30 September 2009

Refleksi

Manusia Butuh Cinta

Menurut Abraham Maslow, tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan), manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Aktualisasi diri menduduki tempat tertinggi dan dipercayai sebagai motor atau motivasi dari segala perbuatan manusia.

Jika ditelusuri lagi, untuk apakah aktualisasi diri ini? Maka jawabannya adalah untuk diterima. Setiap orang ingin dihargai. Ingin didengarkan, ingin dimengerti dan semua keinginan ini mengarah kepada penerimaan diri, pembenaran, kepada cinta. Orang cenderung akan menghargai, mengerti, menerima dan mendengarkan orang yang dicintainya. Memang ada bermacam-macam cinta, namun semua orang ingin cinta yang mendalam, mendasar, yaitu cinta yang menerima.

Diterima, berarti orang-orang disekelilingku, yang hidup bersama denganku, memberikan harga diri kepadaku, sehingga membuat aku merasa bernilai. Diterima berarti orang bahagia melihatku apa adanya, aku berkembang tanpa paksaan. Diterima tidak berarti hanya kebaikanku saja, tetapi juga lengkap dengan segala kekuranganku, sehingga aku bisa berjalan seperti apa adanya. Inilah uniknya. Jika aku diterima hanya berdasar perbuatanku atau kebaikanku saja, itu akan sia-sia karena semua orang juga bisa melakukannya itu padaku, bahkan ada orang yang bisa lebih baik daripada aku.

Orang yang tidak diterima, akan cenderung bertumbuh secara negatif. Itu sama saja dengan membunuhnya secara perlahan-lahan, membuatnya mandul tidak dapat berbuah. Orang yang tidak diterima akan menderita baik yang terlihat (perilaku) ataupun yang tidak (kepahitan).

Van Bremen menggolongkan gejala orang yang merasa tidak diterima:
* berbual dengan diam-diam atau bahkan terang-terangan memuji diri sendiri
* kaku dan tegang merasa tidak aman dengan hidupnya, takut untuk beresiko, mengambil langkah
* minder atau tidak percaya diri tidak mempunyai harga diri, takut
* mencari pelampiasan diri mencari kesenangan murah, gampang, gangguan seksual
* ingin menonjolkan diri minta perhatian, berlebihan, gampang curiga, mudah tersinggung

Tuhan itu Cinta

Seringkali kita mendengar orang berkata “Aku cinta Tuhan” tetapi yang terpenting adalah pemahaman bahwa Tuhan mencintai kita. Bukan kita yang telah mencintai ALlah, tetapi Allah yang telah mencintai kita. (1 Yoh. 4:10). Gereja selalu menyerukan untuk melakukan perubahan, perbuatan dalam iman. Iman yang mana itu?

Inti iman adalah “Tuhan mencintai kita”.

Manusia terbagi dalam banyak hal;
* dalam waktu Manusia bisa hilang cintanya. Dahulu memang cinta, tetapi sekarang tidak.Tuhan hidup dalam kekekalan, tidak terbagi-bagi, dulu, sekarang, nanti adalah sama.
* dalam ruang Manusia mempunyai ukuran-ukuran tertentu dalam mencinta, kesetiaannya membuatku lebih mencintainya. Tuhan tidak demikian. Tuhan mencintai ciptaanNya. Tuhan mencintai manusia.
* dalam cinta Tuhan tidak mempunyai pembagian dalam cinta, cinta Tuhan 100%. Tidak seperti kita yang misalnya lebih mencintai keluarga dari orang lain dsb.
…bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. (Yoh. 17:23)

Manusia mempunyai cinta, tetapi Tuhan adalah cinta.
* Penting untuk menerima kebenaran bahwa Tuhan mencintai kita, yang berarti menerima kita apa adanya, apapun yang terjadi di dalam hidup kita.
* Cinta Tuhan tidak terbatas
Kita tidak bisa menangkap, memegang, mengawasi. Satu-satunya yang dapat kuperbuat adalah terjun ke dalam lembah tanpa dasar. Untuk terjun memerlukan keberanian. Inilah iman. Berani menerima kenyataan bahwa kita dicintai Tuhan.
* Orang mudah menerima bahwa “Tuhan mencintai umatNya” tetapi mengapa sulit untuk menerapkan bahwa “Tuhan mencintai diriku“.

Penerimaan Tuhan, cinta Tuhan, tidak berdasarkan pada diriku sendiri, pada sifat-sifatku atau kebaikanku. Kita cenderung untuk kecewa dengan segala kekurangan kita, kejelekan kita, kelemahan kita, kesalahan yang sudah kita lakukan, karena kita sudah terbiasa bergantung kepada penilaian atau penerimaan orang lain pada umumnya.
Dimana manusia menginginkan yang baik-baik saja. Tetapi tidak demikian dengan Tuhan.

Tuhan mencintai kita apa adanya dengan cinta 100%, sehingga kita harus berani mencintai diri sendiri. Tuhan memberikan cintanya sebagai kebutuhan kita untuk berkembang dengan apa adanya tanpa ada yang perlu ditutupi, merasa malu, karena itu hanya akan menghalangi pertumbuhanku. Berani berkorban untuk orang yang kita cintai adalah biasa. Mencintai orang yang mencintai kitapun juga mudah. Bagaimana jika Tuhan semesta alam yang menyatakan cinta-Nya?
Engkau menyelidiki dan mengenal aku;
Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri,
Engkau mengerti pikiranku dari jauh.
Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring,
segala jalanku Kau maklumi.
Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan,
sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN.
Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan
Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku.
Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.

Mazmur 139:1-6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar