Rabu, 24 Februari 2010

Gempa Melanda Kota Tarutung Sekitarnya

Di sela-sela lelapnya insan tertidur dan melepaskan lelah terasa getaran yang mengejutkan. Gempa!!!Demikian kuat hingga mengejutkan mengoyang kota tarutung sekitarnya pada Rabu (24/02/2010) sekitar pukul 03.00 WIB. Tak berselang beberapa lama terasa goncangan kembali menyusul sampai kurang lebih 10 kali getaran terasa. Menurut perkiraan saya ada sekitar 4 atau 5 SR kuatnya goncangan. Sampai berita ini terbit, belum dikethui pusat gempa da apa ada kerusakan dan korban akibatnya. Tetaplah berjagajaga dan kuatkan Iman kepadaNya.

Selasa, 23 Februari 2010

Ingin Menjadi Orang Besar? Teladani Yesus

"Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu; dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu"
(Matius 20:26)

Setiap membaca lowongan kerja di koran saya sering tersenyum sendiri. Betapa job requirement yang ada di Indonesia ini begitu mementingkan gelar ketimbang kemampuan. Untuk menjadi counter sales saja sudah banyak yang membutuhkan S1. Lalu kemana D3 atau mungkin lulusan SMA yang punya kemampuan yang karena satu dan lain hal tidak/belum bisa melanjutkan hingga meraih gelar sarjana? Dalam sebuah iklan lowongan pekerjaan saya pernah merasa bingung melihat permintaan mereka. Sarjana, usia maksimal 25 tahun, pengalaman minimal 3 tahun. Artinya yang mereka butuhkan adalah orang yang lulus kuliah di usia 22 tahun dan langsung bekerja. Serius atau tidak sih? Tapi memang seperti itulah gambaran lowongan pekerjaan yang ada sekarang. Kesimpulannya, apa yang dibutuhkan oleh perusahaan biasanya adalah orang yang berpendidikan cukup, punya pengalaman dan memiliki kemampuan.

Seandainya Yesus menulis iklan di koran, apa kira-kira yang akan Dia tulis? Sepertinya bukan gelar, tingkat pendidikan atu bukan juga pengalaman. Apa yang Dia akan minta adalah hati yang mau melayani, hati seorang hamba yang mau merendahkan diri sedemikian rupa untuk melayani orang lain, bahkan yang paling hina sekalipun. Mari kita lihat Matius 20:20-28. Pada suatu hari datanglah ibu dari anak-anak Zebedeus bersama kedua anaknya, yaitu Yakobus dan Yohanes, yang keduanya diberi Yesus julukan Boanerges atau anak-anak guruh. (Markus 3:17). Kedatangan sang ibu adalah demi memohon kepada Yesus agar kedua anaknya bisa beroleh kedudukan yang baik kelak di Kerajaan surga. Ini permintaan wajar dari seorang ibu yang sayang anak-anaknya. "Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." (Matius 20:21). Yesus lalu menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum? (ay22a).

Yesus berbicara mengenai kesanggupan mereka untuk mengikuti Kristus dan untuk memikul salib, turut minum dari cawan penderitaan yang harus Dia minum. Ini sejalan dengan pesan Kristus bahwa siapapun yang mau mengikuti Kristus haruslah siap untuk menyangkal dirinya sendiri dan memikul salib. (Markus 8:34,Lukas 9:23). Sebab, "Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku." (Matius 10:38). Yohanes dan Yakobus pun menjawab bahwa mereka sanggup. Lalu Yesus menegaskan bahwa perihal siapa yang duduk di kiri dan kanan Kristus itu bukanlah hakNya, tapi merupakan hak Tuhan sepenuhnya. (ay 23). Tapi jika ingin menjadi besar dan terkemuka, Yesus memberikan petunjuk penting. Yesus berkata, ketika pemerintah-pemerintah yang tidak mengenal Allah akan memerintah dengan tangan besi, menekan rakyatnya dengan keras karena mereka berkuasa, sebagai pengikut-pengikut Kristus tidaklah boleh demikian. "Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu" (ay 26-27). Yesus menegaskan bahwa untuk mencapai posisi yang baik, seseorang haruslah rela menjadi pelayan dan memiliki hati seorang hamba. Sebab, "sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (ay 28).
Jika kita ingin besar dan terdepan di antara pengikut-pengikut Kristus, kita bukannya harus meninggikan diri kita dalam kekuasaan, tapi justru kita harus semakin merendahkan diri kita hingga menjadi seorang pelayan dan hamba. Petrus dikemudian hari mengingatkan kembali tentang hal ini, "Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya" (1 Petrus 5:6). The only way up is down. Ini prinsip Kerajaan Surga. Kita anak-anak Tuhan menyandang status sebagai anak Raja, Raja diatas segala raja. Tapi Kerajaan Surga tidaklah seperti kerajaan di dunia, dimana siapa mereka bisa berkuasa secara absolut sesuka hatinya karena punya kuasa untuk itu. Dalam Kerajaan surga justru kita diminta untuk memiliki kerendahan hati, mau melayani orang lain yang paling hina sekalipun dengan sebentuk hati seorang hamba. Maka saya senang menggambarkan diri kita sebagai anak Raja berhati hamba.

Memiliki hati hamba dan kerendahan hati untuk melayani berarti pula bahwa kita harus melakukannya dengan penuh kasih, yang menjadi dasar kekristenan. Paulus mengingatkan hal ini: "Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!" (1 Korintus 16:14). Seperti apa bentuk kasih itu? "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.a menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1 Korintus 13:4-7). Inilah bentuk kerendahan hati yang harus dimiliki seorang hamba yang mengabdi kepada Tuhan.

Tidak ada syarat lain untuk mengabdi kepada Tuhan di KerajaanNya selain rela untuk menjadikan diri kita sebagai pelayan. It's not about how high we rise, but it's about how low we go down. Hanya orang dengan sikap seperti inilah yang akan mampu memuaskan Tuhan, Raja diatas segala raja. Sudahkah kita memiliki sikap anak Raja yang benar, yaitu sikap yang melayani dengan hati hamba?

Pelayan yang baik akan mementingkan kehendak tuannya bukan dirinya sendiri.

Senin, 22 Februari 2010

MENULIS RENUNGAN POPULER

1. Pendahuluan
Menulis renungan adalah mengekpresikan diri bahkan iman percaya penulis. Melalui tulisan yang kita muat dalam warta jemaat gereja, majalah, renungan harian, kita menyebarluaskan firman Allah kepada jemaat atau pembaca sehingga pembaca mendapat makna, titik terang atau nilai yang dapat dipedomani atau diimani. Menulis renungan menjadi salah satu cara yang baik memberitakan injill atau mengkomunikasikan firman Allah dan membangun kesepahaman antara pembaca dan penulis. Pendeta selayaknyalah menjadi penulis yang baik karena sehari-harinya berkomunikasi dengan jemaat melalui khotbah, tulisan renungan dan berbagai pembahasan berbagai topik permasalahan dalam seminar atau pengajaran. Namun demikian kita selalu menemukan kesulitan untuk menuliskan apa yang hendak kita bicarakan.
Ada dua hal yang menghambat para pendeta atau banyak orang tidak berani menulis. Yang pertama keyakinan diri tentang apa yang ditulisnya . Ada kearguan tentang isi / kontentnya. Seseorang merasa ragu, takut salah, takut dinilai jelek dan sejenisnya tentang isi tulisannya. Kedua adalah terbatasnya kemampuan menuangkan gagasan-gagasan dalam tulisan. Banyak sekali orang yang pandai dan lincah dalam berkhotbah, bertutur kata, namun macet di penulisan. Namun ada juga sebaliknya, cerdas dalam menulis namun macet di bahasa lisan. Kondisi gagasanalnya adalah menguasai dua-duanya, karena pendeta mengandalkan perkataan dan tulisan dalam mempersuasi anggota jemaat supaya menghayati firman Allah.
Dalam kesempatan ini saya mau mendorong agar kita lebih berani menulis apa saja yang kita anggap perlu diberitakan dan memantapkan diri menlis renungan. Berikut ini akan saya sampaikan beberapa hal yang perlu dipedomani, agar kita lebih berani menulis dan lebih baik.

2. Bentuk Renungan
a. Bentuk Renungan
Paling tidak ada tiga bentuk renungan populer. Pertama, memaparkan penafsiaran atau pemaknaan ayat Alkitab tanpa memperkaya dengan ilustrasi. Biasanya penulis memakai kata-kata bermakna sehingga pembaca lebih menjabarkan dalam pikirannya. Makna yang digali dan dipaparkan itu dapat dijadikan menjadi acuan-acuan terhadap perbuatan yang baik atau motivasi beribadah. Nats renungan itu dapat diperjelas dengan membandingkan dengan ayat-ayat lain yang memperjelas makna.

Kedua, Penulisan renungan populer berisikan kesaksian tenang pengalaman rohani yang menceritakan perbuatan Tuhan atau sikap orang beriman menghadapi berbagai permasalahan hidup, atau sebuah ilustrasi. Makna yang terkandung dalam kesaksian atau illustrasi rohani ini didukung dengan ayat Alkitab / firman Tuhan.
Ketiga adalah kombinasi yang pertama dan kedua dimana penjelasan firman Allah yang dalam didukung dengan illustrasi yang menarik sehingg membuat pembaca terkesan dan terdorong untuk mempraktekkan pesan makna firman itu.

b. Bahasa Yang Dipakai
Dalam menulis renungan populer kita harus mempertimbangkan pinsip-prinsip jurnalisme dalam menulis berita. Renungan populer yang kita tulis akan dibaca oleh lapisan-lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Penulis juga harus mengingat bahwa jemaat yang membaca renungan poluler hanyalah di waktu luang dan tentu jemaat tidak harus menghabiskan waktunya hanya dengan membaca renungan populer.

Bahasa yang kita pakai dalam penulisan renungan populer harus lugas, singkat, padat, sederhana tetapi jelas dan menarik, agar mudah dipahami. Tidak perlu berbunga-bunga, berbasa-basi dengan memakai kata-kata mubazir dan jenuh. Renungan populer bukanlah puisi dengan kata-kata yang indah. Jemaat tidak perlu mesti mengulang-ulang apa yang dibacanya karena ketidakjelasan bahasa yang digunakan dalam renungan populer. Sekalipun demikian, penulis haruslah tetap memperhatikan kaidah bahasa yang berlaku atau berdasarkan ejaan yang disempurnakan. Tentu membangun kalimat hendaknya dengan kalimat yang singkat-singkat. Kaliman yang panjang akan membuyarkan konsentrasi pembaca karena mereka tidak sempat menyimpan makna yang berlapis.

c. Aktualitas dan Proximity
Dalam menulis renungan populer kita juga perlu mempertimbangkan beberapa unsur-unsur jurnalistik yaitu aktualitas dan kedekatan (proximity). Renungan populer yang mempunyai daya tarik bila contoh, ilustrasi dan pemilihan topik yang kita paparkan mengandung sifat aktualitas dan kedekatan. Aktual bermakna renungan itu menyentuh apa yang tengah terjadi dan kejadian itu dekat dengan kehidupan pembaca. Kedua element ini akan mendorong ketertarikan untuk membaca renungan tersebut namun sekaligus menuntut penulis untuk menggali potensi lokal. Penulis perlu mengoleksi pengalaman iman jemaat, ungkapan-unkapan yang bermakna dalam, cerita rayat yang dapat dipakai sebagai ilustrasi, contoh dalam renungan populer.

3. Metode Penulisan
a. Memilih Judul
Judul tulisan adalah pintu masuk perhatian pembaca. Ada dua syarat yang tidak boleh kita lupakan dalam memilih judul renungan populer: Pertama, berhubungan dengnan materi tulisan : Judul harus punya relefansi dengan tulisan yang kita buat. Kedua, Judul harus membangun ketertarikan untuk melanjutkan membacanya. Ada beberapa tehnik membangun judul , misalnya kita akan membangun judul dasarkan pada nats Keluaran 7:14-25
- Teknik noreferensi : Pertarungan F dengan M
- Teknik Anti Logika / Arus : Percaya Ilmu-ilmu Mantera
- Teknik bertanya: Apakah anda ingin Tongkat Ajaib ?
- Teknik keluar dari kebiasaan: Raja Firaun Yang Tidak Perduli
- Teknik Melawan : Siapa bilang Hanya Musa dan Harun yang bisa ?
- Teknik Kondisi : Jangan Diminum – Sudah dipukul Tongkat
- Teknik Bombastis: Darah berjuta Liter
- Teknik serius: TUHAN menulahi sungai Nil. - Teknik kejutan: Plak: Sekali Pukul semua menjadi arah
Dan banyak lagi variasi memilih judul yang membuat menjadi penasaran kalau tidak melanjutkan membaca.

b. Membangun Tulisan
Tehnik membangun tulisan renungan populer disingkat dengan awal harus menarik, tengah selalu membangun penasaran dan akhir harus berkorelasi dengan awal. Itulah sebuah penulisan renungan populer yang baik dan memiliki daya tarik.
- Awal yang menarik.
Selain Judul sebagai reader invitor, maka paragrap awal harus memiliki kekuatan untuk menarik pembaca lebih dalam, membangun antusiasme untuk membaca dan menyelesaikanya. Di sisi lain paragrap awal juga sudah memberi gambaran tentang apa yang akan dibahas dalam renungan tersebut. Semakin halus kita membangun rasa penasaran itu, berarti anda semakin canggih. Banyak cara yang dipakai untuk membangun pragraf awal yang baik misalnya dengan ungkapan seorang tokoh.
- Bagian Tengah /isi membangun penasaran
Renungan populer yang kita tulis akan terasa nikmat, bila didalam isi renungan kita semakin memanjakan pembaca dalam setiap pragraf. Tentu tidak perlu terlalu banyak gagasan yang kita bangun, walaupun hal itu sangat tergantung media apa yang kita pakai untuk mempublikasikan tulisan tersebut. Setiap pragraf menjelaskan gagasan dengan beberapa kalimat yang saling berhubungan dalam satu kesatuan bahasan. Kalimat-kalimat dalam paragraf tidak boleh berdiri sendiri, tetapi saling menjelaskan atau ada koherensi. Isi dalam paragraph akan terasa dinamis, menghantarkan pembaca dari suatu kalimat ke kalimat berikutnya secara runtut, teratur bila tercipta kepaduan makna yang memperkuat gagasan pokok. Berapapun jumlah kalimat dalam paragraf, harus saling mendukung, mengarahkan pada suatu bahasan tertentu yang mencerminkan gagasan pokok dalam renungan itu.

Mengembangkan paragraf melalui pembahasan gagasan pokok, dapat dilakukan melalui pola urutan: kalimat pertama berisi gagasan pokok, sedangkan kalimat-kalimat lainnya berisi penjelasan tentang gagasan pokok tersebut. Kalimat yang berisi gagasan pokok lazim disebut kalimat utama. Sementara itu, semua kalimat-kalimat yang berisi penjelasan tentang gagasan dapat berisi contoh, analogi atau perbandingan. Sebagai akhir paragraf, kita dapat menyampaikan kalimat yang berisi penegasan kembali

- Akhir yang mengikat akan kembali mempersatukan gagasan gagasan dalam tubuh dengan kalimat yang singkat dan padat. Bagian akhir atau penutup sebuah renungan

4. Penulisan sesuai dengan EYD
Daya tarik sebuah tulisan juga turut didukung oleh kaidah pengetikan dan penulisannya. Menulis renungan populer hendaknya juga memperhatikan kaidah tentang bagaimana menulis yang benar. Kita dapat mengacu kepada ejaan yang disempurnakan. Kita hendaknya memperhatikan pemakaian tanda baca.
a. Tanda Tanya
Tiap kalimat pertanyaan perlu diakhiri dengan tanda tanya (“?”). Bila suatu kalimat menggunakan kata tanya dianggap merupakan kalimat pertanyaan.

b. Spasi kosong mendatar
Sebelum tanda titik, koma, titik koma, titik dua, tanda tanya,kurung tutup tidak boleh ada spasi kosong mendatar. Contoh pengetikan yang salah terlihat di bawah ini.
...sebagai berikut : menurut Paulus.... seharusnya:
...sebagai berikut: menurut Paulus

c. Huruf Besar
Untuk nama orang tertentu, bangunan tertentu, jabatan tertentu dan obyek tertentu diawali dengan huruf besar, sedangkan untuk kata yang menunjukkan macam bangunan, jenis jabatan, jenis obyek dan sebagainya tidak diawali dengan huruf besar.

d. Kata Depan “di”
Kata depan “di” yang diikuti oleh kata yang menunjukkan tempat perlu dipisahkan dari kata penunjuk tempat tersebut; contoh: di sana; di atas; di bawah, di lapangan, di Semarang Kata “di” yang merupakan awalan untuk kata kerja tidak dipisahkan dari kata kerja tersebut; contoh: dihadiri; dikerjakan, diolah, diamati, diwawancarai.

e. Kata Sambung “sedangkan”
Kata “sehingga” dan “sedangkan” merupakan kata sambung atau kata hubung yang berfungsi menghubungkan dua anak kalimat, maka jangan pakai kata ini untuk mengawali kalimat.
Contoh pemakaian kata “sedangkan” yang salah:
...dilakukan oleh Yesus. Sedangkan para murid hanya melihat dari jauh dalam ketakutan.
Perbaiki kalimat di atas menjadi:
...dilakukan oleh Yesus, sedangkan para murid hanya melihat dari jauh dalam ketakutan

f. Kata Tanya “dimana”
Kata “dimana” sering dipakai secara salah (tidak baku), misalnya dipakai sebagai kata “where” dalam kalimat bahasa Inggris—seperti pada contoh berikut ini: Muzijat itu ini dilakukan di kota Yerusalem dimana terdapat banyak Ahli Taurat. Kata “dimana” yang merupakan kata tanya tidak tepat dipakai dalam kalimat berita (meskipun sering kita gunakan dalam bahasa percakapan). Gantilah kata “dimana” tersebut dengan kata yang tepat; contohnya: Muzijat itu ini dilakukan di kota Yerusalem, tempat terdapat banyak Ahli Taurat.

g. Kata baku dalam bahasa Indonesia
Banyak istilah dari luar Indonesia yang masuk ke bahasa Indonesia dan istilah-istilah tersebut sudah dibakukan oleh Pemerintah. Aculah penggunaan istilah atau kata yang telah dibakukan dari buku-buku tersebut, seperti misalnya buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)”.pada penjelasan tentang penulisan unsur serapan (daribahasa asing ke bahasa Indonesia). Contoh istilah atau kata baku : kreativ – kreatif, efektiv – efektif, synthesis – sintesis, sistim – system dll.

5. Penutup
Semuany kaidah-kaidah penulisan ini janganlah menjadi momok yang membuat kita menjadi sungkan untuk menulis. Tulislah dulu apa saja ide atau gagasan dalam renungan tersebut berdasarkan apa yang muncul di pikiran. Tulislah dulu berdasarkan kalimat apa saja yang muncul. Setelah tulisan selesai kemudian disempurnakan sehingga mendekati pada cara penulisan yang baik dan benar. Selamat mencoba dan meneruskan karya-karya tulisan kita.

Jumat, 19 Februari 2010

Ulangan 16:19

"Janganlah memutarbalikkan keadilan, janganlah memandang bulu dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta mata orang-orang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan orang-orang yang benar. "

Selasa, 16 Februari 2010

Amsal 29:18

"Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum".

HKBP Pada Tahun Penatalayanan

Memasuki tahun 2010 ini, HKBP mencanangkan pelayanannya dengan menamai tahun ini sebagai “Tahun Penatalayanan HKBP 2010”. Tahun Penatalayanan merupakan rangkaian dari Tahun Koinonia HKBP 2007, Tahun Marturia HKBP 2008 dan Tahun Diakonia HKBP 2009.

Tahun Penatalayanan HKBP 2010 mengambil tema “ Menuju Gereja yang Rapi Tersusun” (Efesus 4:16) dan sub-tema “HKBP menyambut Jubileum 150 tahun dengan menata diri menjadi gereja yang sungguh-sungguh bersih, teratur, transparan, partisipatif dan akuntabel.

Gerak pelayanan HKBP dalam Tahun Penatalayanan 2010 ini bertekad untuk membenahi dan mengembangkan penataan organisasi, administrasi, personalia, keuangan dan inventaris. Semuanya ini dilaksanakan dalam rangka perwujudan visi HKBP yaitu: “HKBP berkembang menjadi gereja yang inklusif, dialogis dan terbuka, serta mampu dan bertenaga mengembangkan kehidupan yang bermutu di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus” serta misi HKBP yaitu: “HKBPberusaha meningkatkan mutu segenap warga masyarakat, terutama warga HKBP, melalui pelayanan-pelayanan gereja yang bermutu agar mampu melaksanakan amanat Tuhan Yesus dalam segenap perilaku kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, maupun kehidupan bersama segenap `masyarakat manusia ditingkat lokal dan nasional, ditingkat regional dan global dalam menghadapi tantangan abad-21”.

Dalam rangka pelaksanaan Tahun Penatalayanan HKBP 2010 ini, maka setiap warga dan pelayangereja HKBP baik di tingkat jemaat, ressort, distrik dan pusat, diharapkan berpartisipasi seluas-luasnya dengan membentuk kepanitiaan dimasing-masing aras untuk melaksanakan setiap program dan kegiatan yang telah diprogramkan dalam Tahun Penatalayanan 2010 ini, dengan membuka peluang untuk masing-masing jemaat, ressort dan distrik dalam memilih kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Kami mengajak kita semua untuk turut serta saling mendukung dalam rangka mewujudkan sasaran Tahun Penatalayanan HKBP 2010 ini menuju gereja yang rapi tersusun, kokoh dan kuat serta bersatupadu melaksanakan tritugas panggilan gereja, yaitu bersekutu, bersaksi dan melayani. Tuhan Yesus Memberkati.

Rabu, 10 Februari 2010

Apa Yang Telah Dilakukan HKBP Terhadap kasus di Sekolah Bibelvrouw Laguboti?

Dikirim Oleh: Sekretaris Jenderal HKBP Pada Jumat, 05 Pebruari 2010

Informasi tentang kasus yang terjadi di Sekolah Bibelvrouw di Laguboti telah beredar. Banyak orang yang menanyakan bagaimana kejadian sebenarnya dan bagaiman HKBP mengatasinya? Simpang siurnya informasi serta saling silangnya pendapat bisa membuat kita sulit melihat jalan keluar yang harus di tempuh.

Laporan Direktur Sekolah Bibelvrouw HKBP Pdt. Manarias Sinaga, MTh tanggal 20 Januari 2010 ke Kantor Pusat serta lampiran surat permohonan para mahasiswa Bibelvrouw dan surat penjelasan dari 19 orang mahasiswa Sekolah Bibelvrouw tentang yang dialaminya dari Pdt. Siman Hutahaean, MTh merupakan titik awal Kantor Pusat HKBP mengetahui keadaan tersebut.

Sesuai dengan tuntutan pertama para mahasiswa Sekolah Bibelvrouw yang tidak menghendaki lagi Pdt. Siman Hutahaean, MTh tinggal dan mengajar di Sekolah Bibelvrouw dan diskusi dengan Direktur Sekolah Bibelvrouw, maka Pimpinan HKBP segera memenuhi permintaan tersebut dengan mengeluarkan surat kepada Pdt. Siman Hutahaean segera meninggalkan kompleks Sekolah Bibelvrouw dan tinggal di Jetun Silangit menunggu keputusan akhir.

Sesudah itu Ephorus HKBP mengangkat Tim Pencari Fakta untuk lebih mendalam meneliti laporan tersebut. Tim ini terdiri dari Pdt. Dr. Jamilin Sirait Kepala Departemen Koinonia HKBP sebagai Ketua, Pdt Parulian Sibarani, MTh Praeses HKBP Dist IV TOBA, Pdt Donald Sipahutar, STh Kepala Biro Personalia HKBP, Pdt Debora Sinaga, MTh Praeses HKBP Dist XVI Humbang Habinsaran dan Biv. Bungapola Simanjuntak. Tim bekerja selama 14 hari mulai dari tanggal 25 januari, saat ini tim masih melaksanakan tugasnya. Informasi dari Tim, mereka telah bertemu dengan Direktur Sekolah Bibelvrouw, para Dosen, para mahasiswa Sekolah Bibelvrouw. Keterangan dari Pdt. Siman Hutahaean tentang perbuatannya tersebut di perlukan ; Laporan Direktur Sekolah Bibelvrouw dan penjelasan dari 19 orang mahasiswa Sekolah Bibelvrouw menjadi modal utama melangkah mengambil keputusan sesuai dengan mekanisme yang berlaku di HKBP.

Demikian kami sampaikan untuk kita ketahui bersama. Mari kita berdoa agar kasus ini dapat segera dituntaskan. Kepada semua pihak diharap untuk membantu tim dapat melaksanakan tugas sebaikbaiknya dan seobjektif-objektifnya.

Jumat, 05 Februari 2010

Manusia Yang Terbatas

Yohanes 3:31

Mengapa dalam peribadatan kita harus memuliakan Tuhan dan bukan memuliakan si pelayan (Pengkotbah)? Mengapa kita tidak boleh membanggakan diri dalam kesuksesan pelayanan kita? Jawabannya adalah karena kita manusia yang penuh dengan keterbatasan, manusia yang penuh kekurangan, manusia yang tidak sempurnah. Karena itu tidak ada alasan untuk kita membanggakan diri dalam pelayanan atau ingin di puji. Hanya Yesus yang patut di muliakan.

Nas ini mau memperlihatkan eksistensi Yesus dan eksistensi manusia, bahwa Yesus berasal dari Allah Bapa yang di sorga, Ia Maha Kuasa dan Maha Suci; sedangkan manusia berasal dari dunia yang diliputi oleh kelemahan-kelemahan karena dosa, sehingga setiap perkataan manusia yang berdosa. Dengan demikian menjadi jelaslah bahwa Yesus lebih besar daripada semua manusia, karena itu Ia patut dipuji dan dimuliakan oleh manusia. Ia tidak boleh dibandingkan dengan manusia atau manusia tidak layak untuk menyamakan dirinya dengan Yesus karena manusia penuh dengan keterbatasan.

Walaupun kita penuh dengan keterbatasan, tetapi karena kasihNya yang besar Yesus tetap mau memakai kita untuk menjadi kawan sekerjaNya untuk mewujudnyatakan kasih Allah bagi dunia. Karena itu Ia pun berkata, "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu untuk pergi dan menghasilkan buah..." (Yohanes 15:16). Agar dalam dunia kita bisa berbuah dalam arti berhasil dalam pelayanan, kita memerlukan pertolongan dari Yesus. Ia akan memperlengkapi kita dengan karunia-karunia atau kemampuan-kemampuan khusus dalam melayani. Karunia ini dimaksudkan agar semakin banyak orang datang memuliakan Yesus melalui pemberitaan kita. Karena itu bersyukurlah karena Yesus melayakkan kita untuk menjadi pelayanNya di tengah keterbatasan yang kita miliki.

Kamis, 04 Februari 2010

Renungan

"Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu; dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu"
(Matius 20:26)

Apa yang akan Yesus minta dari orang yang percaya kepadaNya dan yang mau mengikut Dia adalah hati yang mau melayani, hati seorang hamba yang mau merendahkan diri sedemikian rupa untuk melayani orang lain, bahkan yang paling hina sekalipun. Mari kita lihat Matius 20:20-28. Pada suatu hari datanglah ibu dari anak-anak Zebedeus bersama kedua anaknya, yaitu Yakobus dan Yohanes, yang keduanya diberi Yesus julukan Boanerges atau anak-anak guruh. (Markus 3:17). Kedatangan sang ibu adalah demi memohon kepada Yesus agar kedua anaknya bisa beroleh kedudukan yang baik kelak di Kerajaan surga. Ini permintaan wajar dari seorang ibu yang sayang anak-anaknya. "Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." (Matius 20:21). Yesus lalu menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum? (ay22a).

Yesus berbicara mengenai kesanggupan mereka untuk mengikuti Kristus dan untuk memikul salib, turut minum dari cawan penderitaan yang harus Dia minum. Ini sejalan dengan pesan Kristus bahwa siapapun yang mau mengikuti Kristus haruslah siap untuk menyangkal dirinya sendiri dan memikul salib. (Markus 8:34,Lukas 9:23). Sebab, "Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku." (Matius 10:38). Yohanes dan Yakobus pun menjawab bahwa mereka sanggup. Lalu Yesus menegaskan bahwa perihal siapa yang duduk di kiri dan kanan Kristus itu bukanlah hakNya, tapi merupakan hak Tuhan sepenuhnya. (ay 23). Tapi jika ingin menjadi besar dan terkemuka, Yesus memberikan petunjuk penting. Yesus berkata, ketika pemerintah-pemerintah yang tidak mengenal Allah akan memerintah dengan tangan besi, menekan rakyatnya dengan keras karena mereka berkuasa, sebagai pengikut-pengikut Kristus tidaklah boleh demikian. "Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu" (ay 26-27). Yesus menegaskan bahwa untuk mencapai posisi yang baik, seseorang haruslah rela menjadi pelayan dan memiliki hati seorang hamba. Sebab, "sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (ay 28).

Jika kita ingin besar dan terdepan di antara pengikut-pengikut Kristus, kita bukannya harus meninggikan diri kita dalam kekuasaan, tapi justru kita harus semakin merendahkan diri kita hingga menjadi seorang pelayan dan hamba. Petrus dikemudian hari mengingatkan kembali tentang hal ini, "Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya" (1 Petrus 5:6). The only way up is down. Ini prinsip Kerajaan Surga. Kita anak-anak Tuhan menyandang status sebagai anak Raja, Raja diatas segala raja. Tapi Kerajaan Surga tidaklah seperti kerajaan di dunia, dimana siapa mereka bisa berkuasa secara absolut sesuka hatinya karena punya kuasa untuk itu. Dalam Kerajaan surga justru kita diminta untuk memiliki kerendahan hati, mau melayani orang lain yang paling hina sekalipun dengan sebentuk hati seorang hamba. Maka saya senang menggambarkan diri kita sebagai anak Raja berhati hamba.

Memiliki hati hamba dan kerendahan hati untuk melayani berarti pula bahwa kita harus melakukannya dengan penuh kasih, yang menjadi dasar kekristenan. Paulus mengingatkan hal ini: "Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!" (1 Korintus 16:14). Seperti apa bentuk kasih itu? "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.a menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1 Korintus 13:4-7). Inilah bentuk kerendahan hati yang harus dimiliki seorang hamba yang mengabdi kepada Tuhan.

Tidak ada syarat lain untuk mengabdi kepada Tuhan di KerajaanNya selain rela untuk menjadikan diri kita sebagai pelayan. It's not about how high we rise, but it's about how low we go down. Hanya orang dengan sikap seperti inilah yang akan mampu memuaskan Tuhan, Raja diatas segala raja. Sudahkah kita memiliki sikap anak Raja yang benar, yaitu sikap yang melayani dengan hati hamba?

Pelayan yang baik akan mementingkan kehendak tuannya bukan dirinya sendiri.